Inilah, Ruh Ajaran Islam !

Oleh Ustadz Abu Muslih Ari Wahyudi.

Ajaran Islam merupakan ajaran yang sangat sempurna. Ajaran yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala kepada segenap umat manusia. Islam bukan terbatas untuk orang Arab saja.

Oleh sebab itu, ajaran-ajaran Islam bisa diterapkan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja, dari bangsa dan suku mana pun juga. Inilah keistimewaan agama Islam yang telah mendapatkan keridhaan dari sisi Allah tabaraka wa ta'ala.

Para pembaca yang dimuliakan Allah ta'ala, salah satu bukti kesempurnaan ajaran Islam ialah pokok ajaran agama ini ditegakkan di atas landasan tauhid dan peribadahan kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya; apa pun bentuk dan kedudukannya.

Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan agama untuk-Nya dengan menjalankan ajaran yang hanif, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus.”
(QS. al-Bayyinah: 5).
 
Dakwah Islam yang agung di sepanjang perjalanan sejarah telah menunjukkan kepada umat manusia, bahwa tauhid merupakan pondasi terkokoh yang akan menopang peradaban hidup umat manusia. Oleh sebab itu, seluruh nabi dan rasul tidak lalai dan tidak bosan untuk menjadikan seruan ini sebagai prioritas dan fokus utama perhatian perjuangan mereka.
  • Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sungguh, Kami telah mengutus kepada setiap umat, seorang rasul yang mengajak; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36).
  • Allah ta'ala juga menceritakan (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus sebelum engkau seorang rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiya': 25).
Demikian pula Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam -sebagai nabi dan rasul terakhir- membawa misi dakwah yang sama. Mengajak manusia untuk menggantungkan hati mereka, puncak rasa cinta, takut dan harap mereka, semata-mata kepada Tuhan yang telah menciptakan dan mencurahkan segala kenikmatan dalam hidup mereka.
  • Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (hai Muhammad): Inilah jalanku, aku mengajak kalian untuk mengabdi kepada Allah di atas landasan bashirah/ilmu, inilah jalanku dan jalan orang-orang yang mengikutiku. Dan Maha suci Allah, sekali-kali aku bukan termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).
Seorang hamba tidak akan pernah mencapai kemuliaan yang sejati dan ketentraman yang hakiki kecuali dengan tauhid dan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah ta'ala.
  • Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan kepada rupa ataupun harta kalian, akan tetapi Allah memandang kepada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim).
  • Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, Sesungguhnya setiap amal pasti disertai dengan niat, dan setiap orang akan memperoleh balasan sesuai dengan niatnya...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keikhlasan itulah yang akan mengantarkan amalan-amalan kepada Allah ta'ala. Sebab amal yang tidak ikhlas tidaklah berguna bagi pelakunya. Hanya amalan yang ikhlas dan dilandasi tauhid saja yang bisa mencetak pribadi muslim dan muslimah yang bertakwa. Pribadi yang kelak akan mendapatkan anugerah dan kemuliaan untuk menikmati berbagai kesenangan di surga.
  • Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian adalah orang yang paling bertakwa.” (QS. al-Hujurat: 13).
  • Allah ta'ala juga berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. al-An'am: 82).
Tauhid dan keikhlasan inilah syari'at paling agung dan ajaran terbesar yang harus terpatri di dalam hati setiap insan. Dengan memahami ajaran ini maka seorang hamba akan menemukan jati dirinya, hikmah penciptaan dirinya, dan tujuan dia hidup di alam dunia yang sementara ini.
  • Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
  • Allah ta'ala memerintahkan (yang artinya), “Hai umat manusia, sembahlah Rabb kalian; yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 21).
Jangan pernah anda bermimpi menegakkan sebuah masyarakat yang adil makmur dan sejahtera lahir dan batin tanpa asas tauhid yang kokoh di tengah-tengah kehidupan mereka. Karena sebuah masyarakat yang tidak menjadikan tauhid sebagai ruh aktifitas mereka tak jauh bedanya dengan binatang yang hidup untuk memenuhi hasrat kebinatangannya. Sifat rakus dan tamak kepada dunia, menggantungkan hati kepada selain-Nya, menjadikan dunia sebagai puncak pengetahuan dan cita-cita mereka... Seolah tiada hari kiamat, tiada hari kebangkitan, dan tidak mengenal apa yang disebut sebagai negeri akhirat..!
  • Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata, “Jadilah putra-putra akhirat, dan janganlah menjadi putra-putra dunia!”. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah emas, niscaya dia masih akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak akan pernah mengenyangkan perut anak Adam kecuali tanah/kuburan. Sementara Allah akan menerima taubat bagi siapa saja yang benar-benar mau bertaubat.” (HR. Bukhari).
  • Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun menasehatkan kepada kita semua bagaimana semestinya menyikapi dunia beserta segenap kesenangan yang ada di dalamnya, “Bersegeralah melakukan amalan-amalan, sebelum datangnya berbagai fitnah/keburukan laksana potongan malam yang gelap gulita, pada pagi hari seorang masih beriman, namun sore harinya menjadi kafir. Atau di sore hari beriman, namun di pagi harinya menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi mencicipi kesenangan dunia.” (HR. Muslim).
  • Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya dunia ini di sisi Allah mencapai seharga sayap nyamuk niscaya Allah tidak akan memberikan minum kepada orang kafir seteguk air sekalipun.” (HR. Tirmidzi, hasan sahih).
Generasi masa depan umat ini pun tak akan pernah bisa mewarnai dunia dengan keadilan apabila nilai-nilai tauhid tidak tertanam baik dalam relung-relung jiwa dan raga mereka. Tidakkah kita ingat sebuah wejangan dan nasehat berharga dari seorang ayah yang begitu bijaksana kepada putra yang dicintainya? Luqman berkata (yang artinya), “Hai putraku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya syirik itu benar-benar sebuah kezaliman yang sangat besar.” (QS. Luqman: 13).

Inilah dakwah yang telah diserukan oleh Ibrahim 'alaihis salam kepada ayah dan kaumnya.

Inilah dakwah yang diajarkan oleh Ya'qub 'alaihis salam kepada putra-putranya.

Inilah dakwah yang membuat Nuh 'alaihis salam dicemooh dan ditertawakan oleh para pembesar kaumnya.

Inilah dakwah yang tidak merelakan sebuah patung pun untuk disembah, sebongkah batu untuk dipuja-puja, sebatang pohon untuk diibadahi, seorang wali ataupun kiyai sebagai tempat bergantungnya hati, demikian pula tidak menyisakan secuil pun ibadah kepada nabi ataupun malaikat yang suci!.

Allah ta'ala berfirman (yang artinya),
“Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun.”
(QS. an-Nisaa': 36).

Inilah aqidah kita, yang kita ikrarkan setiap hari minimal tujuh belas kali... Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Hanya kepada-Mu ya Allah, kami beribadah. Dan hanya kepada-Mu ya Allah, kami memohon pertolongan. Anda mengharapkan kehidupan Islam masih tetap berlanjut, anda bercita-cita menegakkan hukum Allah di muka bumi? Tiada jalan lain, kecuali dengan menegakkan tauhid di hati umat ini...

Penulis: Alumnus Ma'had al-'Ilmi Yogyakarta

# Oleh sebab itu, seluruh nabi dan rasul tidak lalai dan tidak bosan untuk menjadikan seruan ini sebagai prioritas dan fokus utama perhatian perjuangan mereka.

sumber : http://www.facebook.com/abumushlih?sk=notes&s=50#!/note.php?note_id=10150276784566123


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger