Syaikh Ali Hasan hafidhzahullah ditanya:
Apakah bid’ah memiliki beberapa tingkatan? Atau hanya satu tingkatan saja?.
Jawaban :
Kita tidak ragu lagi bahwa bid’ah memiliki beberapa tingkatan, yaitu dua tingkatan. Bid’ah yang muharramah, yaitu bid’ah yang tidak sampai menyebabkan pelakunya menjadi kafir. Yang kedua: Bid’ah Mukaffirah (yang bisa membuat pelakunya menjadi kafir).
Maka bid’ah itu bisa jadi muharramah dan bisa jadi mukaffirah.
Contohnya: ketika kita mengatakan bahwa pengkhususan sebagian imam dengan melakukan qunut pada shalat Subuh dengan membaca: Allahummahdina fiiman hadaita adalah bid’ah. Ini memang bid’ah. Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.
Ini adalah bid’ah Muharramah, tetapi apakah sama bid’ah ini dengan bid’ah thawaf di kuburan?! Apakah sama dengan bid’ah orang yang meminta bantuan dan pertolongan kepada selain Allah?
Mereka mengatakan: Wahai Rifa’i tolonglah aku! dan Wahai Jailani tolonglah aku ?! Ini adalah bid’ah dan yang tadi juga bid’ah. Tetapi yang awal adalah bid’ah yang muharramah, yang pelakunya akan menjadi fasiq, sedangkan yang kedua bid’ah mukaffarah, yang pelakunya bisa menjadi kafir.
Dan kaidah pengkafiran itu adalah:
Setelah ditegakkan hujjah kepada pelakunya dan kemudian dia melakukan sikap menentang, sebagaimana yang telah kita terangkan sebelumnya, adapun bid’ah yang membawa pelakunya kepada kekafiran, tidak berarti pelakunya pasti menjadi kafir bila dia melakukannya, kecuali bila telah ditegakkan hujah kepadanya kemudian dia menentang.
Wallahu a’lam.
[Diambil dari Dialog dengan Syaikh Ali Hasan di Yogyakarta, Buletin Al-Manhaj, edisi 7).
sumber : http://adiabdullah.wordpress.com/2007/12/01/apakah-bidah-memiliki-beberapa-tingkatan/
Apakah bid’ah memiliki beberapa tingkatan? Atau hanya satu tingkatan saja?.
Jawaban :
Kita tidak ragu lagi bahwa bid’ah memiliki beberapa tingkatan, yaitu dua tingkatan. Bid’ah yang muharramah, yaitu bid’ah yang tidak sampai menyebabkan pelakunya menjadi kafir. Yang kedua: Bid’ah Mukaffirah (yang bisa membuat pelakunya menjadi kafir).
Maka bid’ah itu bisa jadi muharramah dan bisa jadi mukaffirah.
Contohnya: ketika kita mengatakan bahwa pengkhususan sebagian imam dengan melakukan qunut pada shalat Subuh dengan membaca: Allahummahdina fiiman hadaita adalah bid’ah. Ini memang bid’ah. Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.
Ini adalah bid’ah Muharramah, tetapi apakah sama bid’ah ini dengan bid’ah thawaf di kuburan?! Apakah sama dengan bid’ah orang yang meminta bantuan dan pertolongan kepada selain Allah?
Mereka mengatakan: Wahai Rifa’i tolonglah aku! dan Wahai Jailani tolonglah aku ?! Ini adalah bid’ah dan yang tadi juga bid’ah. Tetapi yang awal adalah bid’ah yang muharramah, yang pelakunya akan menjadi fasiq, sedangkan yang kedua bid’ah mukaffarah, yang pelakunya bisa menjadi kafir.
Dan kaidah pengkafiran itu adalah:
Setelah ditegakkan hujjah kepada pelakunya dan kemudian dia melakukan sikap menentang, sebagaimana yang telah kita terangkan sebelumnya, adapun bid’ah yang membawa pelakunya kepada kekafiran, tidak berarti pelakunya pasti menjadi kafir bila dia melakukannya, kecuali bila telah ditegakkan hujah kepadanya kemudian dia menentang.
Wallahu a’lam.
[Diambil dari Dialog dengan Syaikh Ali Hasan di Yogyakarta, Buletin Al-Manhaj, edisi 7).
sumber : http://adiabdullah.wordpress.com/2007/12/01/apakah-bidah-memiliki-beberapa-tingkatan/
0 komentar:
Posting Komentar