Syubhat:
Saat kami membaca sejarah perjalanan Nabi kalian, kami menemukan beberapa perkara aneh; diantaranya adalah suratnya kepada Heraclius, Raja Romawi, dimana datang dalam surat itu tulisan “Masuk Islamlah, kamu akan selamat”.
Maka apakah kalimat ini sudah cukup untuk menegakkan hujjah atas Heraclius? Itu adalah satu ajakan yang terang-terangan untuk peperangan jika Heraclius dan kaumnya tidak masuk Islam. Tidakkah Anda melihat bersama saya bahwa ini adalah suatu perkara yang menakjubkan, yang bisa menjadikan Anda sekalian menilik kembali pandangan terhadap agama Anda sekalian?.
Jawab:
Jawab:
Pertama, dalam surat tersebut tidak hanya terdapat kalimat tersebut. Di dalam surat tersebut juga datang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Katakanlah: ‘Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran: 64).
Maka tampak, bahwa Anda tidak meneliti sejarah dan kejadian pada masa itu, dan Anda akan mengetahuinya di sela-sela jawaban saya apa yang saya maksudkan dengannya.
Anda harus mengetahui bahwa kalimat ‘Aslim Taslam (Masuk Islamlah, kamu akan selamat)’ adalah cukup untuk menegakkan hujjah atas Heraclius dengan dalil bahwa dia mempercayainya, dan mengetahui bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Rasul, utusan Allah. Akan tetapi dia tidak meninggalkan kerajaannya dan terhalang dari Islam. Saya tambahkan juga, bahwa Heraclius mengetahui akan tempat datangnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bahwa saat itu adalah waktu kemunculan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Telah disebutkan dalam shahih al-Bukhari:
“Maka Heraclius mengizinkan para pembesar Romawi di dalam satu istana di sekitar rumah miliknya di Himsh, kemudian dia memerintahkan pintu-pintunya untuk ditutup. Kemudian dia muncul seraya berkata, ‘Wahai sekalian orang-orang Romawi, apakah kalian mau mendapatkan keberuntungan dan petunjuk, dan kerajaan kalian akan diteguhkan, maka berbaiatlah kepada Nabi ini. Maka mereka pun berlarian seperti keledai liar menuju pintu dan mereka mendapati pintu itu telah tertutup. Maka saat Heraclius melihat larinya mereka, dan dia putus asa dari keimanan, dia berkata, ‘Kembalikanlah mereka kepadaku.’ Lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya perkataanku tadi, adalah aku ingin menguji kekuatan kalian terhadap agama kalian, dan sungguh aku telah melihatnya.’ Maka mereka pun sujud dan ridha kepadanya. Maka itulah akhir dari perkara Heraclius”.
Di dalam hadits itu juga disebutkan, bahwa Heraclius berkata:
“Seandainya aku tahu bahwa aku bisa bebas kepadanya, pastilah aku akan berupaya untuk menemuinya, dan seandainya aku di sisinya, pastilah aku akan membasuh kakinya”.
Kemudian ketahuilah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diberikan jawami’ul kalim (kalimat ringkas yang memiliki makna dalam), dan tulisan tersebut, dengan keringkasannya, adalah kalimat yang menyeluruh lagi memberikan manfaat, lagi mengandung sastra tinggi bahasa Arab.
An-Nawawi Rahimahullah berkata dalam Syarah Muslim: “Diantaranya, disunnahkannya bersastra, dan meringkas, serta memilih lafal-lafal yang pendek dalam tulisan. Maka sesungguhnya sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aslim taslam (masuk Islamlah, kamu akan selamat) ada pada puncak peringkasan, dan puncak sastra, serta mengumpulkan segala makna bersamaan dengan keindahannya, serta kesempurnaannya demi keselamatan Heraclius dari kesengsaraan dunia dengan peperangan, penawanan, pembunuhan, pengambilan rumah, harta dan dari adzab akhirat.”
Kemudian, sesungguhnya orang yang memperhatikan dialog yang terjadi antara Heraclius dan Abu Sufyan sebelum keIslamannya, maka dia akan mengetahui bahwa Heraclius telah tahu bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah benar-benar utusan Allah.
Barangkali Anda sekarang mengetahui bahwa dengan ucapan saya, bahwa Anda tidak memperhatikan sejarah dan kejadian zaman itu. Sebagaimana barangkali telah jelas bagi Anda akan sebab yang menjadikan kami tidak menilik kembali pandangan kami terhadap agama kami dengan syubhat ini dan syubhat yang lain.*
http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
“Katakanlah: ‘Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” (QS. Ali Imran: 64).
Maka tampak, bahwa Anda tidak meneliti sejarah dan kejadian pada masa itu, dan Anda akan mengetahuinya di sela-sela jawaban saya apa yang saya maksudkan dengannya.
Anda harus mengetahui bahwa kalimat ‘Aslim Taslam (Masuk Islamlah, kamu akan selamat)’ adalah cukup untuk menegakkan hujjah atas Heraclius dengan dalil bahwa dia mempercayainya, dan mengetahui bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Rasul, utusan Allah. Akan tetapi dia tidak meninggalkan kerajaannya dan terhalang dari Islam. Saya tambahkan juga, bahwa Heraclius mengetahui akan tempat datangnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bahwa saat itu adalah waktu kemunculan beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Telah disebutkan dalam shahih al-Bukhari:
فَأَذِنَ هِرَقْلُ لِعُظَمَاءِ الرُّومِ فِى دَسْكَرَةٍ لَهُ بِحِمْصَ ثُمَّ أَمَرَ بِأَبْوَابِهَا فَغُلِّقَتْ ، ثُمَّ اطَّلَعَ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ الرُّومِ ، هَلْ لَكُمْ فِى الْفَلاَحِ وَالرُّشْدِ وَأَنْ يَثْبُتَ مُلْكُكُمْ فَتُبَايِعُوا هَذَا النَّبِىَّ ، فَحَاصُوا حَيْصَةَ حُمُرِ الْوَحْشِ إِلَى الأَبْوَابِ ، فَوَجَدُوهَا قَدْ غُلِّقَتْ ، فَلَمَّا رَأَى هِرَقْلُ نَفْرَتَهُمْ ، وَأَيِسَ مِنَ الإِيمَانِ قَالَ رُدُّوهُمْ عَلَىَّ .وَقَالَ إِنِّى قُلْتُ مَقَالَتِى آنِفًا أَخْتَبِرُ بِهَا شِدَّتَكُمْ عَلَى دِينِكُمْ ، فَقَدْ رَأَيْتُ . فَسَجَدُوا لَهُ وَرَضُوا عَنْهُ ، فَكَانَ ذَلِكَ آخِرَ شَأْنِ هِرَقْلَ .
“Maka Heraclius mengizinkan para pembesar Romawi di dalam satu istana di sekitar rumah miliknya di Himsh, kemudian dia memerintahkan pintu-pintunya untuk ditutup. Kemudian dia muncul seraya berkata, ‘Wahai sekalian orang-orang Romawi, apakah kalian mau mendapatkan keberuntungan dan petunjuk, dan kerajaan kalian akan diteguhkan, maka berbaiatlah kepada Nabi ini. Maka mereka pun berlarian seperti keledai liar menuju pintu dan mereka mendapati pintu itu telah tertutup. Maka saat Heraclius melihat larinya mereka, dan dia putus asa dari keimanan, dia berkata, ‘Kembalikanlah mereka kepadaku.’ Lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya perkataanku tadi, adalah aku ingin menguji kekuatan kalian terhadap agama kalian, dan sungguh aku telah melihatnya.’ Maka mereka pun sujud dan ridha kepadanya. Maka itulah akhir dari perkara Heraclius”.
Di dalam hadits itu juga disebutkan, bahwa Heraclius berkata:
فَلَوْ أَنِّى أَعْلَمُ أَنِّى أَخْلُصُ إِلَيْهِ لَتَجَشَّمْتُ لِقَاءَهُ ، وَلَوْ كُنْتُ عِنْدَهُ لَغَسَلْتُ عَنْ قَدَمِهِ
“Seandainya aku tahu bahwa aku bisa bebas kepadanya, pastilah aku akan berupaya untuk menemuinya, dan seandainya aku di sisinya, pastilah aku akan membasuh kakinya”.
Kemudian ketahuilah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah diberikan jawami’ul kalim (kalimat ringkas yang memiliki makna dalam), dan tulisan tersebut, dengan keringkasannya, adalah kalimat yang menyeluruh lagi memberikan manfaat, lagi mengandung sastra tinggi bahasa Arab.
An-Nawawi Rahimahullah berkata dalam Syarah Muslim: “Diantaranya, disunnahkannya bersastra, dan meringkas, serta memilih lafal-lafal yang pendek dalam tulisan. Maka sesungguhnya sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aslim taslam (masuk Islamlah, kamu akan selamat) ada pada puncak peringkasan, dan puncak sastra, serta mengumpulkan segala makna bersamaan dengan keindahannya, serta kesempurnaannya demi keselamatan Heraclius dari kesengsaraan dunia dengan peperangan, penawanan, pembunuhan, pengambilan rumah, harta dan dari adzab akhirat.”
Kemudian, sesungguhnya orang yang memperhatikan dialog yang terjadi antara Heraclius dan Abu Sufyan sebelum keIslamannya, maka dia akan mengetahui bahwa Heraclius telah tahu bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah benar-benar utusan Allah.
Barangkali Anda sekarang mengetahui bahwa dengan ucapan saya, bahwa Anda tidak memperhatikan sejarah dan kejadian zaman itu. Sebagaimana barangkali telah jelas bagi Anda akan sebab yang menjadikan kami tidak menilik kembali pandangan kami terhadap agama kami dengan syubhat ini dan syubhat yang lain.*
http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/
0 komentar:
Posting Komentar