Tanda Tanda Kecil Kiamat (37) : Benarnya Mimpi Seorang Mukmin

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil.

37. BENARNYA MIMPI SEORANG MUKMIN.

Dan di antara tanda-tandanya adalah benarnya mimpi seorang mukmin di akhir zaman. Setiap kali seseorang yang benar dalam keimanannya, maka mimpinya pun benar. Dijelaskan dalam ash-Shahiihain [1] dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا اقْتَـرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُسْلِمِ تَكْذِبُ، وَأَصْدَقُكُـمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا، وَرُؤْيَا الْمُسْلِمِ جُـزْءٌ مِنْ خَمْسٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ.

‘Jika Kiamat sudah dekat, maka hampir-hampir mimpi seorang muslim tidak dusta. Mimpi kalian yang paling benar adalah yang paling benar pembicaraannya. Dan mimpi seorang muslim adalah satu bagian dari empat puluh lima bagian kenabian.’”. Ini adalah lafazh Muslim.

Sementara dalam lafazh al-Bukhari:

لَمْ تَكَدْ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ تَكْذِبُ ... وَمَا كَانَ مِنَ النُّبُوَّةِ فَإِنَّهُ لاَ يَكْذِبُ.

“Hampir saja mimpi seorang mukmin tidak dusta... dan apa saja yang berasal dari kenabian, maka ia tidak dusta.”.

Ibnu Abi Hamzah rahimahullah berkata, “Makna ungkapan bahwa mimpi seorang mukmin di akhir zaman tidak dusta adalah sebagian besar mimpi seorang mukmin terjadi dalam bentuk yang tidak memerlukan tafsiran, dan kebohongan tidak akan pernah masuk ke dalamnya. Berbeda dengan mimpi yang sebelumnya, terkadang pentakwilannya agak samar sehingga seseorang menafsirkannya, tetapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan. Maka masuklah kebohongan ke dalamnya dengan tafsiran tersebut.”

Beliau berkata, “Dan hikmah pengkhususan peristiwa tersebut di akhir zaman bahwasanya seorang mukmin ketika itu menjadi orang yang asing, sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits:

بَدَأَ اْلإسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا.

“Islam datang dalam keadaan asing, lalu dia akan kembali asing sebagaimana awal kedatangannya.[2] [HR. Muslim]. Saat itu kawan seorang mukmin juga yang menolongnya sangat sedikit, maka dia dimuliakan dengan mimpi yang benar. [3].

Para ulama berbeda pendapat tentang penentuan waktu terjadinya mimpi seorang mukmin menjadi benar dengan beberapa pendapat: [4].

Pertama : Hal itu akan terjadi ketika menjelang Kiamat, kebanyakan ilmu (agama) diambil dan syari’at Islam telah terhapus dengan sebab fitnah dan banyaknya pembunuhan. Manusia seperti berada di zaman fathrah (zaman di antara dua Nabi), mereka membutuhkan seorang mujaddid dan pemberi pengingatan dalam masalah agama yang telah terhapus, sebagaimana umat terdahulu diingatkan oleh para Nabi. Akan tetapi, Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah Nabi terakhir dan kenabiaan berakhir pada umat ini maka mereka digantikan dengan orang yang bermimpi dengan mimpi yang benar, yang merupakan bagian dari kenabian dengan membawa kabar gembira dan peringatan. Pendapat ini diperkuat dengan hadits Abu Hurairah Radhiyallahu anhu :

يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ.

“Zaman saling berdekatan dan ilmu diambil. [5].

Ibnu Hajar rahimahullah menguatkan pendapat ini.

Kedua: Hal itu terjadi ketika jumlah orang-orang yang beriman sedikit, sementara kekufuran, kebodohan, dan kefasikan menimpa orang-orang yang ada. Sehingga seorang mukmin merasa kesepian, lalu diberikan pertolongan dengan mimpi yang benar sebagai penghormatan dan penghibur baginya.

Pendapat ini hampir sama dengan perkataan Ibnu Abi Hamzah terdahulu. Berdasarkan dua pendapat ini, maka mimpi seorang mukmin tidak khusus pada zaman tertentu. Akan tetapi, setiap kali kekosongan dunia semakin mendekat, agama semakin merosot, maka saat itu mimpi seorang mukmin yang jujur adalah benar.

Ketiga: Hal itu khusus terjadi pada masa Nabi ‘Isa Alaihissallam (di akhir zaman), karena penduduk pada zamannya adalah umat terbaik setelah kurun pertama. Perkataan mereka paling benar, maka mimpi seorang mukmin yang jujur dengan imannya pada saat itu benar-benar terjadi, wallaahu a’lam.

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir].
_________
Footnote
[1]. Shahiih al-Bukhari, kitab at-Ta’biir, bab al-Qaid fil Manaam (XII/404, al-Fat-h), dan Shahiih Muslim, kitab ar-Ru'-yaa, (XV/20, Syarh an-Nawawi).
[2]. Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Bayaanul Islaam Bada-a Ghariiban wa Saya’uudu Ghariiban (II/176, Syarh Muslim).
[3]. Fat-hul Baari (XII/406).
[4]. Lihat kitab Fat-hul Baari (XII/406-407).
[5]. Shahiih Muslim, kitab al-‘Ilmi, bab Raf’ul ‘Ilmi (XVI/222, Syarh an-Nawawi).

http://almanhaj.or.id/content/1114/slash/0/35-37-mengambil-ilmu-dari-orang-bodoh-banyaknya-para-wanita-yang-berpakaian-tetapi-telanjang/


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger