Salah seorang ulama salaf berkata,“Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)“ [Igaatsatul lahfaan” (1/37)].
“Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga“[HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116)]. [“Igaatsatul lahfaan” (1/37)].
“Kaya hati adalah merasa cukup pada segala yang engkau butuh. Jika lebih dari itu dan terus engkau cari, maka itu berarti bukanlah ghina (kaya hati), namun malah fakir (miskinnya hati).” [Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 11/272, Darul Ma’rifah].
Al Hasan mengatakan,“Salah satu bentuk lemahnya keyakinanmu terhadap Allah adalah anda lebih meyakini apa yang ada ditangan daripada apa yang ada di tangan-Nya”.
Al Fudhai bin ‘Iyadh mengatakan, “Akar zuhud adalah ridha terhadap apa yang ditetapkan Allah ‘azza wa jalla.” [Diriwayatkan Ad Dainuri dalam Al Mujalasah (960, 3045); Abu 'Abdirrahman As Sulami dalam Thabaqatush Shufiyah (10)].
Beliau juga mengatakan, “Qana’ah (puas atas apa yang diberikan oleh Allah ta’ala) merupakan sikap zuhud dan itulah kekayaan yang sesungguhnya.”.
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Barangsiapa yang suka menjadi orang terkaya, maka hendaklah dia lebih yakin terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangannya.” [Diriwayatkan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah 3/218-219; Al Qadha'i dalamMusnad Asy Syihab (367 & 368) dari hadits 'Abdullah bin 'Abbas].
‘Ali radhiallahu ‘anhu,“Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, maka berbagai musibah akan terasa ringan olehnya.”.
Ibnu Mas’ud, “Yakin itu adalah engkau tidak mencari ridha manusia dengan cara menimbulkan kemurkaan Allah. Dan sungguh Allah telah memuji mereka yang berjuang di jalan-Nya dan tidak takut akan celaan.” [Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hlm. 644-646].
Ada seorang tabi'in mulia, bernama 'Aun bin 'Abdullah ia berkata: "Dulu, orang-orang baik satu sama lain menuliskan dan menasehatkan tiga kalimat berikut:
- Siapa yang beramal untuk akheratnya, Allah subhanahu wa ta'ala akan mencukupi dunianya.
- Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah Ta'ala, Allah akan memperbaiki hubungan dirinya dengan manusia yang lain.
- Dan siapa yang memperbaiki keadaan batinnya, Allah subhanahu wa ta'ala akan memperbaiki keadaan lahirnya.
Barang siapa akherat menjadi aktivitas yang menyibukkannya dan selalu menjadi harapannya, maka tak akan pernah terlewatkan satu haripun melainkan ia mengingat kemana ia akan kembali. Ia tidak akan melihat urusan dunia kecuali pasti mengaitkannya dengan akherat. Ia tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali mengingatkannya akan berkumpulnya penduduk surga. Ia tidak mengenakan pakaian kecuali teringat akan pakaian sutra milik penghuni surga. Ia tidak menyeberangi sebuah jembatan kecuali teringatkan akan titian shiroth di atas neraka jahanam. Ia tidak mendengar suara yang keras melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala. Ia tidak pernah berbicara tentang suatu pembicaraan, melainkan ada bagian yang terkaitkan dangan akherat.".
Ibnu Jauzi rahimahullah ketika beliau mengatakan, "Dunia itu ibarat bayangan, jika anda berpaling dari bayangan, ia justru menguntit anda, tetapi jika anda mencari-carinya, ia justru malas mendatangi anda.".
Sahabat Usman bin Affan radhiyallahu'anhu berkata: "Harapan terhadap dunia adalah kegelapan dalam hati, sedang harapan kepada akherat adalah cahaya dalam hati.".
Hatin Al-Asham mengatakan: "Barang siapa yang hatinya kosong dari mengingat empat masa yang mendebarkan, maka ia termasuk orang yang tertipu dan tidak akan selamat dari kebinasaan:
- Pertama: Saat mendebarkan ketika hari mitsaq (diambil perjanjian) tatkala dikatakan, 'Golongan ini berada di surga dan aku tidak perduli, dan golongan yang ini berada di neraka dan aku tidak perduli, sementara ia tidak mengetahui masuk golongan manakah dirinya?'
- Kedua: saat mendebarkan tatkala ia diciptakan dalam tiga kegelapan; lalu malaikat menyerukan akan kesengsaraan atau kebahagiaan, sementara ia tidak mengerti apakah ia termasuk orang yang sengsara atau orang yang berbahagia?
- Ketiga: Ketika ia di perlihatkan kepada amalanya, sementara ia tidak tau apakah ia akan mendapat kabar gembira memperoleh ridho Allah atau kemurkaan-Nya?
- Keempat: Dari ketika manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, sementara ia tidak tau jalan mana yang hendak ia tempuh?".
Hasan Al-Bashri, "Tidaklah seseorang itu memperbanyak mengingat kematian malainkan akan terlihat dalam amalannya, dan panjangnya angan seorang hamba itu pasti terlihat dari buruknya amalan dia".
Hasan Al-Bashri, dalam sebuah kisahnya disebutkan bahwa bia pernah melewati seseorang yang tertawa, maka ia berkata kepadanya, "Wahai anak saudaraku, apakah anda pernah melewati Shiroth?" tentu saja ia menjawab, "Belum " Hasan Bashri pun berujar, " lantas tahukah anda, kesurga ataukah keneraka anda akan pergi?" lelaki itu menjawab lagi, "Tentu saja tidak" Beliau berkata, "semoga Allah melimpahkan kesejehteraan pada anda, lalu mengapa anda sempat-sempatnya tertawa padahal urusan begitu mengerikan.".
"Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain." (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi).
"Al Qodhi mengatakan: Orang yang berilmu dimisalkan dengan bulan dan ahli ibadah dimisalkan dengan bintang karena kesempurnaan ibadah dan cahayanya tidaklah muncul dari ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh pada yang lainnya" (Tuhfatul Ahwadzi, 7/376).
"Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya" (Muqaddimah Shahih Muslim, 12/1).
"Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka." (Imam Abu Hanifah).
"Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar)" (HR. Bukhari).
"Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa diri sendiri" (Ibnul Qayyim, Al-Fawa’id, 1/147).
Umar bin Abdil Aziz mengatakan: Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan." (Al Amru bil Maruf, Ibnu Taimiyah, 15).
Ibnu Mas-ud berkata: Rasa takut kepada Allah Ta-ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan" (Mushannaf Ibni Abi Syaibah, no. 34532).
Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri, “Sesungguhnya engkau bagaikan hari yang dapat dihitung. Jika satu hari berlalu, maka sebagian darimu juga akan pergi. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, namun engkau merasa seluruh yang ada padamu ikut pergi. Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah).
al Hasan al Bashri pernah berkata, “wahai anak adam sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari-hari, maka jika telah berlalu hari, maka seakan-akan sebagian dari dirimu telah pergi”.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata: “Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad).
al Hasan al Bashri pernah berkata, “wahai anak adam sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari-hari, maka jika telah berlalu hari, maka seakan-akan sebagian dari dirimu telah pergi”.
Berhati-Hatilah dalam Pergaulan
Ibnu al-Jauzy berkata: Salah satu kesalahan fatal adalah terlalu percaya kepada manusia dan membukakan seluruh rahasia kepada teman-teman dekat. Ketahuilah, musuh yang paling berbahaya adalah kawan yang berbalik menjadi musuh, karena ia telah tahu seluk-beluk temannya temannya tersebut.
Seorang penyair berkata: Berhati-hatilah terhadap musuhmu sekali, Namun berhati-hatilah terhadap kawanmu seribu kali, Karena mungkin temanmu berbalik, Maka ia tahu dari mana harus menukik. [Sumber: Shaidul Khatir (edisi Indonesia) oleh Ibnu al-Jauzy].
Perang Badar
Pada waktu perang Badar, Rasulullah shallallahu'aaihi wa sallam memberikan spirit kepada pasukan Muslimin untuk berperang, seraya berkata, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak seorang pun yang ikut memerangi mereka hari ini, lalu dia terbunuh dalam keadaan bersabar dan mengharap pahala dari Allah, menyongsong (musuh) dan tidak mundur, melainkan Allah memasukkannya ke dalam surga.”.
Beliau berkata lagi: “Berangkatlah menuju surga yang luasnya seisi langit dan bumi.” Ketika itu berkatalah al-Humaim bin al-Hamam, “Wah, Wah!”.
Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang mendorongmu mengatakan wah, wah?” Dia menjawab, “Demi Allah, tidak apa-apa wahai Rasulullah, selain aku berharap menjadi salah seorang penghuni surga tersebut.”.
Beliau berkata, “Benar, sesungguhnya engkau termasuk penghuninya.”
Seketika dia langsung mengeluarkan kurma dari sisinya, lalu memakan sebagiannya kemudian berkata, “Jika aku hidup hingga memakan kurma-kurma ini sampai habis, sungguh merupakan hidup yang panjang.” Lantas dia membuang semua kurma-kurma tersebut, kemudian berperang hingga akhirnya gugur sebagai syahid. (HR Muslim).
[Sumber; Ar-Rahiq al-Makhtum (id) oleh Syaikh Mubarakfuri, hal. 316-317].
Ibnu Taimiyah berkata, “Barangsiapa yang mencintai seseorang tapi bukan karena Allah, maka bahaya teman-temannya lebih besar daripada bahaya musuh-musuhnya.” (Ta'thir al-Anfas, hal. 575).
Abu Ishaq al-Fazari berkata, “Sesungguhnya ada di antara manusia orang yang menyukai pujian kepada dirinya padahal dirinya tidak lebih berharga di sisi Allah daripada sehelai sayap nyamuk.” (Ta'thir al-Anfas, hal. 573).
Baiknya Memberi Ilmu Dari Kecil
Ma'mar berkata: "Aku mendengar dari Qotadah, ketika itu usiaku 14 tahun: "Tidak ada sesuatu yang aku dengar pada seusia ini melainkan seperti terpatri dalam dadaku.” [Siar a’lam an-Nubala V/7-18].
Ummu Darda berkata: "Pelajarilah ilmu dari kecil, ketika besar engkau akan mengamalkannya. Sesungguhnya apa yang dipetik adalah apa yang dulu ditanam.” [Siar a’lam an-Nubala XII/615.]
Imam Asy-Syafi'i -rahimahullah- berkata: "Tersesatnya orang berilmu dikarenakan tidak memiliki teman, tersesatnya orang bodoh karena kepicikan akalnya, dan yang paling sesat adalah mereka yang berteman dengan orang yang tidak ada akalnya. [Siar a'lam an-Nubala XVII/278.]
As-Sho’luki berkata: "Jika ridha makhluk keterbatasannya tidak dapat diketahui, maka ridha Allah keluasannya tidak ada batasnya. Kita membutuhkan 10 teman untuk 10 waktu."[ Siar a'lam an-Nubala XVII/208.]
Nadhr bin Syumail -rahimahullah- berkata, ”Seseorang tidak akan mendapatkan kelezatan ilmu, hingga ia merasakan lapar (ketika menuntut ilmu), namun melupakan laparnya.” [At Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz DZahabi -rahimahullah- ,1/314].
Baqi bin Mikhlad Al Andalusy -rahimahullah- yang pernah berkeliling ke berbagai negara di dunia dengan hanya berjalan kaki !!!, Beliau berkata,”Sungguh , saya mengetahui seseorang yang ketika menuntut ilmu lewat berhari-hari tidak memiliki makanan, kecuali daun kubis yang sudah terbuang.” [Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz Dzahabi -rahimahullah- 2/630].
Abu Ali Al Hasan bin Ali Al Balkhi -rahimahullah- berkata,” Aku pernah tinggal di Asqolan untuk belajar dari Ibnu Mushahhih -rahimahullah- dan lainnya. Bekal nafkah saya semakin menipis hingga beberapa hari saya tidak bisa makan. Saya ingin menulis pelajaran, namun tidak bisa (karena perut sangat lapar). Saya kemudian pergi ke toko roti dan duduk di dekat roti tersebut hingga mencium aromanya agar saya punya tenaga. Kemudian Alloh Azza wa Jalla membantu saya.” [Tadzkiratul Huffadzh, Imam Adz Dzahabi -rahimahullah- 4/1173].
Imam Abu Hatim Ar Razi -rahimahullah- (Imam dan ulama besar dalam bidang Jarh Wa Ta’dil) pernah bercerita,”Saya tinggal di bashrah delapan bulan dan kehabisan bekal nafkah. Saya menjual baju saya satu demi satu, hingga tidak punya apa-apa. Saya bersama teman pergi ke rumah Masyayikh (guru) untuk belajar hingga sore hari, kemudian saya pulang kerumah yang sepi untuk minum air karena lapar tidak punya makanan. Saya lakukan hal ini selama dua hari, Pada hari ketiga seorang teman berkata, ” Mari kita pergi ke rumah guru!”, Saya menjawab” Saya lemah dan tidak bisa (berdiri)”, Dia berkata lagi” Kenapa kamu lemah?”, Saya katakan kepadanya” Saya tidak akan merahasiakannya, sudah dua hari saya tidak makan.” Dia berkata,” Saya masih memiliki satu Dinar dan saya berikan kepadamu setengahnya.” [Al Jarh Wat Ta’dil, Imam Abu Hatim Ar Razi -rahimahullah-].
Imam Muhammad bin Thahir Al Maqdisi -rahimahullah- , yang menceritakan tentang perjalanan menuntut ilmu dan kesulitan yang beliau alami, beliau berkata,” Saya tinggal di Tunis bersama Abu Muhammad bin Al Haddad -rahimahullah- , bekal saya semakin menipis hingga tersisa hanya satu dirham. Saat itu saya butuh roti dan kertas untuk menulis pelajaran. Jika dipakai beli kertas maka saya tidak akan makan roti. Kebingungan ini berlanjut hingga tiga hari (beli roti atau beli kertas –red), selama itu pula Saya tidak merasakan makanan sama sekali. Pada hari keempat, dalam hati saya berkata, ”Kalau saya punya kertas, maka saya tidak akan bisa menulis karena sangat lapar. Saya taruh uang satu dirham tersebut di mulut dan saya putuskan untuk keluar dan membeli roti. Tiba-tiba tanpa terasa uang satu dirham tersebut tertelan oleh mulut ke dalam perut, kemudian saya tertawa. Abu Thahir -rahimahullah- mendatangi saya dan bertanya,”Apa yang membuatmu tertawa? Saya menjawab, ”Khoir (sesuatu yang baik).” Beliau meminta saya untuk menceritakannya , namun saya tolak. Ia terus memaksa sehingga saya ceritakan kejadiannya, lalu Beliau mengajak saya ke rumahnya dan memberi saya makanan.” [Tadzkiratul Huffadh, Imam Adz Dzahabi -rahimahullah- 4/1246].
Imam Al Bukhori -rahimahullah- berkata,”Saya menemui Adam bin Abi Iyyas di Asqolan untuk belajar darinya. Bekal saya semakin berkurang hingga saya makan rerumputan.”.
Produktifitas Ulama Salaf dalam Ilmu
Al Khatib Al Baghdadi -rahimahullah- berkata,” Saya mendengar As Samsami menceritakan bahwa Imam Ibnu Jarir At Thabari -rahimahullah- tinggal selama 40 tahun dan setiap harinya menulis 40 lembar. Muridnya, Abu Muhammad Al Farghani -rahimahullah- bercerita bahwa beberapa murid Ibnu Jarir menghitung hari-hari dari hidup beliau semenjak baligh hingga wafat dalam usia 86 tahun. Kemudian mereka membagi karyanya dengan usianya, hingga berjumlah 14 lembar setiap hari. Ini sesuatu yang tidak akan mungkin dilakukan oleh seseorang makhluk tanpa bimbingan yang baik dari Alloh Azza wa Jalla .” [Tarikh Baghdad, Al Baghdadi 2/162].
Imam Muhammad bin Thahir Al Maqdisi berkata,” Saya menulis Shahih Al Bukhori, Shahih Muslim dan Abu Daud tujuh kali. dan saya menulis Sunan Ibnu Majah sepuluh kali .”[Tarikh Baghdad, Al Baghdadi 6/31].
Imam Ibnul Jauzi -rahimahullah- berkata,” Saya telah menulis dengan tangan saya ini 2000 jilid kitab. Dan orang-orang yang bertaubat melalui tangan saya ini mencapai 100.000 orang [Tadzkiratul Huffadh, Adz Dzahabi -rahimahullah- 4/1242].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- berkata,” Syaikh Abul Faraj (yakni Imam Ibnul Jauzi ) seorang mufti yang banyak menulis. Beliau memiliki karya tulis dalam tema-tema beragam. Saya mencoba menghitungnya dan saya melihatnya lebih dari 1.000 karya tulis.” [Tadzkiratul Huffadzh, Adz Dzahabi -rahimahullah- 1/415].
Imam Ibnu Rajab Al Hambali ketika menulis biografi Imam Ibnul Jauzi -rahimahullah- berkata,” Tidak ada disiplin ilmu yang ada kecuali beliau memiliki karangan seputarnya. beliau (Ibnul Jauzi) ditanya tentang jumlah karangannya, beliau menjawabnya lebih dari 340 Kitab .”
Al Muwaffaq Abdul latif -rahimahullah- berkata “ Ibnul Jauzi tidak pernah menyia-nyiakan waktunya sedikitpun, Beliau menulis dalam sehari empat buah buku tulis, dan setiap tahunnya karya tulis beliau dicetak 50-60 Jilid.”.
Al Kautsari berkata,” Tafsir Abu Yusuf Al Qozwaini yang berjudul “ Hadaaiq Dzaata bahjah” dikatakan paling kurang ada 300 jilid. Al hafidz Ibnu Syahin juga memilki tafsir sebanyak 1.000 Jilid. Al Qadli Abu Bakar Ibnul Arabi -rahimahullah- (catatan: Beliau bukanlah Ibnu Arabi –sufi sesat- red ) memiliki kitab Anwaarul Fajr dalam bidang tafsir sebanyak 80.000 lembar, dan Ibnu An Nuqaib Al Maqdisi memiliki tafsir sekitar 100 Jilid.” [lihat : Maqalatul Kautsari].
Profesor Muhammad Al hajawi berkata,” Imam Abid Dunya -rahimahullah- meninggalkan 1.000 Kitab, Imam Ibnu Asakir -rahimahullah- menuliskan kitabnya’ Tarikh Al Dimasqi” dalam 80 Jilid. Imam Abu Abdillah Al Hakam Al Naisaburi -rahimahullah- menulis 1.500 juz. Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- menulis 300 Kitab dalam berbagai disiplin ilmu yang dimuat dalam 500 Jilid. Muridnya yaitu Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyah -rahimahullah- menulis 500 Kitab, Imam Al Baihaqi -rahimahullah- menulis 1.000 Jilid hadits , Imam Abu bakar Ibnul Arabi Al maliki -rahimahullah- menulis tafsirnya yang besar dalam 80 Juz. Imam Abu Ja’far Ath Thahawi -rahimahullah- menulis 1.000 lembar hanya membahas satu masalah yaitu apakah Rosululloh Sholallahu Alaihi Wassalam melaksanakan haji Qiran, Tamattu atau Ifrad ?, kemudian Imam Abdul malik bin Habib -rahimahullah- seorang ulama Andalusia memiliki karangan 1.000 Kitab .” [Al Fikrus Sami’ fi Tarikhil Fiqhil Islamy oleh Muhammad Al Hajwi].
Bagaimana dengan antum ya akhi ??sudah berapa banyak kitab yang engkau tulis, kalaupun engkau belum sanggup menulis atau setidaknya sudah berapa banyak yang sudah engkau baca ?.
Bagaimana dengan antum ya akhi ??sudah berapa banyak kitab yang engkau tulis, kalaupun engkau belum sanggup menulis atau setidaknya sudah berapa banyak yang sudah engkau baca ?.
Ketika Angin jaman Menerpamu
Diatas cadas ataupun lumpur cemar
Teruslah Mewangi wahai kuntumku
Tetaplah indah di padang liar
Hingga kau-lah yang akan dipetik
Sebab Mekarmu hanya sekali
Ilalang yang terhampar
Desau angin dan dengung kumbang-kumbang
Angin zaman memang telah berubah arah
Sampai waktu milikmu akan tiba
jangan pernah hilang wangimu tersia-sia
Cahaya cinta yang diberkati
Dibalut kepak sayap bidadari
Inilah hari yang dinanti
ketika madu suci temukan kumbang sejati
menjaga dan memiliki wangimu dengan namanya.
Wahai ukhti muslimah..
"siapakah yang menyuruhmu tuk berjilbab ?"
untukmu ukhti muslimah..
"kemana akan kau bawa dirimu ?"
"kepada gemerlapnya dunia ?"
"kemilaunya harta ?"
"atau kepada ketampanan seorang pria ?"
walaupun engkau harus membuka hijabmu tuk mendapatkan semua yang kau inginkan, maka kehinaan yang akan kamu dapatkan..
wahai ukhti muslimah..
"siapakah yang menyuruh engkau tuk berhijab ?"
untukmu ukhti muslimah..
"kemana akan engkau bawa dirimu ?"
"kepada kemilaunya jiwa ?"
"kepada keridhaan sang pencipta ?"
"atau mulianya menjadi bidadari surga ?"
walaupun hinaan dan cacian yang harus kau terima..
demi menjaga hijab yang telah disyariatkan kepada agama..
maka.. kebahagiaan yang akan kau dapatkan..
katakan " TIDAK ! " pada gemerlapnya dunia
jika hijabmu harus menjadi tebusannya..
karena hijabmu adalah benteng jiwa..
bahwasanya yang menyuruh berbusana muslimah,
yang menyuruh Allah dan Rasulnya..
dan konsekuensi kita sebagai seorang muslim atau muslimah..
wajib kita untuk taat kapada Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena
Allah yang menciptakan kita..!
Allah yang memberikan segalanya kepada kita..
Al-Qur'an memerintahkan tuk berJILBAB !
Allah yang menyuruh kita tuk berJILBAB !
"Wahai nabi katakanlah kepada isteri-isterimu.. anak-anakmu.. dan wanita-wanita kaum muslimin agar mereka mengulurkan JILBABnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah tuk dikenal karena itu mereka tidak di ganggu. Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab:59)
'Setiap wanita tidak ada uzur untuk tidak berbusana Muslimah' .
Takut Kepada Allah
لاَ تَجْعَلِ اللهَ أَهْوَنَ النَّاظِرِيْنَ إِلَيْكَ
"Janganlah engkau menjadikan Allah adalah yang paling rendah di antara orang-orang yang melihatmu".
Nasehat agar kita lebih takut kepada Allah dan lebih malu kepada Allah tatkala bersendirian. (Ustadz Firanda).
Dunia hanyalah jembatan yg menghubungkan kita dg akhirat. Janganlah keindahan sebuah jembatan melalaikan kita dari hakekat sebuah tujuan. (Majalah Adz-Dzakhiirah No. 11 Edisi 65-1431/2010).
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang pernikahan.” (Raudhatul Muhibbin).
Ibnu Munkadir berkata, “Tidak ada yang tersisa dari kelezatan dunia kecuali dari tiga hal: Qiyamul Lail, bertemu dengan saudara seiman dan shalat berjama’ah di masjid.” (Al-Ihyaa; I/423).
Abu Hazim rahimahullah mengatakan, “Bersyukur dengan seluruh anggota tubuh adalah menahannya dari maksiat dan selalu menggunakannya dalam ketaatan.” (Jamiul Ulum wal Hikam, 295).
Ketahuilah bahwa setiap orang yang hidup di muka bumi ini adalah tamu dan harta kekayaan yang ada di tangannya adalah pinjaman. Seorang tamu itu harus pergi dan barang pinjaman harus dikembalikan. (Nuriyyah Ibnul Qayyim al-Jauziyyah; wafat 656 H).
Abdullah bin ‘Umar berkata, ”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua”.
Ibnu Rajab Al Hambaliy rahimahullah berkata, ”Sesungguhnya seorang mukmin tidak sepantasnya untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dan merasa tenang di dalamnya akan tetapi sepatutnya dia di dalam dunia ini bagaikan orang yang sedang melakukan perjalanan…”(Jami’ul Ulum wal Hikam, hal. 379).
Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ”Panjang angan-angan akan melahirkan rasa malas mengerjakan ketaatan, menunda-nunda tobat, cinta dunia, melupakan akhirat serta kerasnya hati. Karena kelembutan dan kebeningan hati, hanya akan diraih dengan mengingat mati, kubur, pahala, siksa, serta huru hara di hari kiamat…”.
”Tak selamanya kita memperoleh semua yang kita sukai, maka belajarlah untuk menyukai semua yang telah kita peroleh”.
Imam Ahmad berkata, ”Jika engkau ingin Allah melancarkan untukmu sesuatu yang engkau cintai, maka teruslah mengerjakan sesuatu yang Dia cintai.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah 10/330).
Seseorang bertanya kepada Ibnul Jauzi rahimahullah, ”Apakah yang paling utama, apakah aku harus bertasbih atau istighfar?” Beliau menjawab, ”Baju yang kotor lebih membutuhkan sabun daripada minyak wangi.” (Jawaahiru Shifatush Shafwah).
”Kebahagiaan hati hanyalah dapat diperoleh oleh hati yang beriman kepada Allah. Tidaklah mungkin kebahagiaan itu diperoleh oleh hati yang membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Jadi, meskipun orang-orang kafir memiliki harta sepenuh bumi, mereka tidaklah mungkin bahagia. Kalaupun mereka berbahagia, itu hanyalah kebahagiaan yang semu. Karena surga mereka hanyalah di dunia semata”.
Wahaab bin Munabbih berkata, ”Jika seseorang memujimu dengan apa-apa yang tidak ada padamu, maka janganlah kamu merasa aman darinya untuk mencelamu dengan apa-apa yang tidak ada padamu.”(Shifat Ash-Shofwah 2/295).
Jika malam telah tiba apakah engkau masih bisa hidup hingga pagi hari…
Betapa banyak orang yang sehat kemudian meninggal tanpa didahului sakit…
Jika ia membangun rumahnya (tatkala masih hidup) dengan amalan kebaikan maka rumah yang akan ditempatinya setelah matipun akan baik pula.
”Barangsiapa meninggalkan perhatiannya dari aib orang lain, maka dia akan diberi kemampuan untuk memperbaiki aibnya sendiri.” (Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu)
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Permisalan seorang mukmin yg membaca Al-Qur’an adalah seperti buah atrujah, baunya harum dan rasanya enak. Permisalan seorang mukmin yg tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya namun rasanya manis. Adapun orang munafik yg membaca Al-Qur’an permisalannya seperti buah raihanah, baunya wangi tapi rasanya pahit. Sementara orang munafik yg tidak membaca Al-Qur’an seperti buah hanzhalah, tidak ada baunya, rasanya pun pahit.”(HR. Bukhari no. 5020 dan Muslim no. 1857)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Apabila seorang wanita mengerjakan shalat 5 waktu, puasa di bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang engkau inginkan.”(HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 660, 661).
Betapa banyak rumah yang luas terasa begitu sempit karena tidak ada kasih sayang di antara penghuninya…
”Tak ada manusia yang paling menderita, kecuali seorang yang sedang jatuh cinta. Walaupun mendapatkan manisnya cinta, selalu menangis di setiap waktu, karena takut berpisah dengannya. Menangis tatkala jauh darinya, dan menangis tatkala dekat dengannya…”(Mayat-Mayat Cinta hal. 32).
Tiada seorang muslim pun yang membesuk saudaranya yang sakit, melainkan Allah mengutus baginya 70.000 malaikat agar mendoakannya kapan pun di siang hari hingga sore harinya, dan kapan pun di sore hari hingga pagi harinya. (HR. Ahmad 2/110).
Nikahkanlah putrimu dengn pria yg beriman, karena bila ia mencintainya maka ia akan memuliakannya. Dan bila ia tidak mencintainya maka dia tidak akan mendzaliminya. (Hasan Al Bashri rahimahullah).
Begitu banyak lebah mendatangi bunga yang kurang harum…
Karena banyaknya madu yang dimiliki bunga itu.
Tidak sedikit lebah meninggalkan bunga yang harum karena sedikitnya madu
…kelak calon pasangan hidup kita adalah fotocopyan dari diri kita, ketika kita baik insyaa Allah pasangan hidup kita pun akan baik, begitu pula sebaliknya, ketika akhlak kita buruk, maka bisa diperkirakan bahwa kelak pasangan hidup kita pun buruk akhlaknya..
Hasan Al Bashri berkata, ”Jika kamu melihat seseorang melebihimu dalam urusan dunia maka saingilah dia dalam urusan akhirat.”(Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, jilid 7/188).
”Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tak terhingga.”(QS. Az Zumar:10).
”Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yg enggan!” Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan?” Beliau menjawab,”Siapa saja yg mentaatiku dia masuk surga, dan siapa saja bermaksiat kepadaku maka dia benar-benar enggan.”(HR. Bukhori no. 7280).
Kalau engkau kaya, berbahagialah. Karena banyak hal bermanfaat yang bisa kau lakukan. Kalau kau miskin, berbahagialah. Karena hatimu akan lebih selamat dari penyakit hati, penyakit sombong yang sering menimpa orang kaya. Kalau engkau dilupakan orang, bahagiakanlah hatimu. Karena tidak banyak lidah yang akan mencela dan mencacatmu. Apapun kondisinya bahagiakanlah hatimu.
”Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan sekecil apapun itu, meskipun sekedar engkau menjumpai saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim).
"Ridho Allah tergantung ridho orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua". (Adabul Mufrod No.2).
Seorang arab Badui ditanya, Darimana engkau mengetahui Allah? Dengan polos ia menjawab, ”Subhanallah! kotoran unta itu menunjukkan adanya unta. Tapak-tapak kaki itu menunjukkan ada orang yang berjalan. Langit-langit yang mempunyai gugusan bintang, gunung-gunung yang mempunyai lembah, lautan dengan ombak-ombak yang berdeburan, tidakkah ini menunjukkan adanya Allah yang Maha Mengetahui?”(Tafsir Ibnu Katsir surat Al Baqarah 21-22).
”Lihatlah orang yang ada di bawahmu dan janganlah kamu melihat orang yang ada di atasmu. Hal itu akan lebih baik bagimu agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu.”(HR. Bukhori-Muslim).
Kematian akan menyapa siapa pun, baik ia seorang yang shalih atau durhaka, seorang yang turun ke medan perang ataupun duduk diam di rumahnya, seorang yang menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun ingin dunia yang fana, seorang yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan. Semuanya akan menemui kematian bila telah sampai ajalnya. (Ayssyariah.com).
"Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. (HR. Ibnu Majah no. 4259).
"Orang sakit mengira kebahagiaan ada pada kesehatan. Orang miskin mengira kebahagiaan ada pada kekayaan. Rakyat jelata mengira kebahagiaan ada pada kekuasaan. Tidaklah demikian. Kebahagiaan yang hakiki ada pada hati yang senantiasa bersyukur".
"Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah ! (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah kematian,kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya.
Orang yang mudah marah itu pertanda tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik. Janganlah kamu menjadi orang yang cepat marah, yang akan memengaruhimu pada setiap sesuatu. Tapi jadilah dirimu orang yang tenang, tidak cepat marah, karna sesungguhnya kemarahan itu adalah bara api yang dilemparkan setan ke dalam hati manusia. Dengan bara api itu, mendidihlah hati seseorang. Karna itu pula, urat-urat leher dan jaringan pembuluh darah menegang, matapun memerah. Lalu melakukan tindakan, setelah itu timbulah penyesalan.(Syarhu Riyadush Shalihin).
Bahaya Dosa Bagi Hati Ibarat Bahaya Racun Bagi Tubuh
"Tidaklah dunia ini seluruhnya dari awal hingga akhirnya kecuali ibarat seseorang yang tertidur sejenak, kemudian bermimpi melihat sesuatu yang disenanginya, kemudian terbangun". (Imam Hasan Al Bashri rahimahullah).
"Jangan pernah takut dengan berbagai kesulitan yang menerpa. Karena tidaklah air hujan itu turun kecuali dari mendung yang gelap. Bahkan terkadang warna-warni indah pelangi pun muncul setelahnya".
"Kebahagiaan itu ada pada hati yang bersih. Tak perlu mencarinya karena hati telah ada dalam diri kita. Kita hanya perlu menjaganya agar senantiasa bersih".
"Seperti kerinduan seorang perantau kepada kampung halamannya. Seperti itu pulalah seharusnya sikap kita hidup di dunia ini. Kerinduan yang membuat kita semangat untuk mencari bekal untuk pulang".
"Bagaimana kamu memperlakukan orang tuamu? Seperti itulah anak-anakmu akan memperlakukanmu kelak".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Dua perkara yang hukumannya dipercepat semasa di dunia yaitu perbuatan zhalim dan durhaka kepada kedua orang tua.”(HR. Al Hakim).
Sumber:
- www.bloghidayah.wordpress.com/
- http://www.alsofwah.or.id/
- Dan dari beberapa sumber yang lainnya.
Semoga bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi yang membaca dan merenungkannya.
1 komentar:
Tulisan yg sangat bermanfaat sekali..Izin share ya..
Posting Komentar