Uji Validitas Nasihah Dzahabiyah

Nasihah Dzahabiyyah merupakan sebuah Surat yang ditemukan dan diberi nama oleh Al Kautsari yang konon dikirimkan oleh Ad Dzahabi kepada Gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Isinya merupakan nasihat yang cukup keras bahkan lebih kepada kecaman Terhadap ibnu Taimiyah. Jadi bukan dinamakan oleh Al Imam Ad Dzahabi selaku yang diklaim sebagai pengirimnya.
Perlu diketahui bahwa manuskrip surat ini tidak Pernah ditemukan dengan tulisan Ad Dzahabi, namun disalin Oleh Qadhi Ibnu Syuhbah (wafat tahun 851 hijriah), Ia mengatakan dalam manuskrip tersebut bahwa Ia menyalin dari Naskah Al Burhan Ibnu Jamaah yang menyalin dari naskah Al hafidz As Sholahuddin Al Ala’I yang diambil dari tulisan Ad Dzahabi.
Manuskrip Surat ini dapat dilihat di darul kutub Al Mishriya no 18823.
Semenjak dipublikasikan oleh Al Kautsari pada tahun 1347 Hijriah, surat ini menuai banyak opini Publik, baik dari para pecinta Ibnu Taimiyah maupun yang membencinya. Surat ini amat penting bagi kedua belah Pihak karena dari isinya, dapat ditentukan Sikap al Hafidz Ad Dzahabi terhadap ibnu Taimiyah.
Para Pecinta Ibnu Taimiyah menemukan Beberapa kejanggalan dalam surat tersebut diantaranya:
1. Perbedaan Tulisan Ibn Qadhi Syuhbah pada manuskrip surat tersebut dengan Tulisan Beliau pada manuskrip Tarikh Ibnu Qadhi Syuhbah yang beliau tulis sendiri.
Perhatikan dan Bandingkan tulisan Berikut!
Text Nasihah Dzahabiyah tulisan Qadhi Ibnu Syuhbah
Manuskrip Tarikh Ibnu Qadhi Syuhbah tulisan Beliau sendiri
Halaman Cover Tarikh Ibnu Qadhi Syuhbah
2. Surat Tersebut dipublikasikan oleh al Kautsari yang terkenal selalu berpendapat miring terhadap Ibnu Taimiyah.
3. Surat Tersebut disalin Oleh Ibnu Qadhi Syuhbah yang juga selalu berpendapat miring Terhadap Ibnu Taimiyah.
4. Surat Tersebut diriwayatkan dengan metode tahammul (penenerimaan riwayat) yang tidak Muttashil, karena lebih rendah dari Cara Tahammul dengan Wijadah -yaitu pemberian hak meriwayatkan sekalipun yang diberikan tersebut belum pernah membaca seluruh atau sebagian apa yang ia riwayatkan-, yang jelas tidak Muttashil.
5. sifat surat Ini sangat pribadi, apalagi isinya sangat berbeda dengan ungkapan-ungkapan yang selalu disematkan oleh ad Dzahabi terhadap gurunya ini, lalu apa yang membuat surat ini sampai bisa disalin oleh Sholahuddin Al Ala’I dan bocor kepublik?. Kalaulah surat ini sampai kepada ibnu Taimiyah, niscaya ia tidak akan mungkin mendapatkannya, karena Ibnu Taimiyah diakhir hidupnya dimana surat ini dikirimkan sedang berada dipenjara. Ataukah surat ini memang sengaja dibuat-buat lalu dipakaikan sanad?
6. Surat ini tidak diriwayatkan bahkan tidak di Isyaratkan sama sekali oleh orang-orang yang amat dekat dengan beliau dan murid-murid senior beliau. Seperti Ibnul Qayyim, Ibnu Abdil hadi dan juga Ibnu katsir. Surat ini gharib dari segi periwayatan dan bertolak belakang matannya dengan kenyataan. Oleh karena itu validitasnya tidak dapat dibuktikan.
Adapun orang-orang yang Memusuhi Ibnu Taimiyah meyakini Bahwa Surat Ini asli dan memang ditulis Oleh Ad Dzahabi untuk Ibnu Taimiyah yang merupakan gurunya. Para Pembenci Ibnu Taimiyah bahkan mengatakan bahwa Adz Dzahabi adalah mantan murid ibnu Taimiyah berdasarkan persangkaan mereka terhadap kebenaran surat ini.
Sebagai Informasi, Validitas Surat ini juga ditetapkan oleh:
1. Dr Solahuddin Al Munajjid
Beliau adalah pengarang kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Siratuhu wa Akhbaruhu inda almuarrihin.
Beliau mengatakan : “sebagian orang meragukan penisbatan Nasihat ini kepada Ad Dzahabi, namun Tidak ada keraguan bagi saya bahwa Nasihat tersebut adalah dari Beliau, sungguh telah ditulis manuskripnya dari tulisan Ad Dzahabi, dan tidak diingkari oleh seorangpun ulama yang menukilnya seperti Taqiyuddin Ibnu Qadhi syuhbah dan selainnya. Ini adalah uslub Ad Dzahabi ketika Menyerang. Dan tampaknya nasihah tersebut ditulis pada akhir hidupnya, namun tidak ada seorangpun yang memuji Ibnu Taimiyah seperti Pujian Ad Dzahabi, tetapi ia mengkritiknya pada sebagian kesempatan dalam hidupnya karena cinta dan kasihan kepadanya”
2. Dr Basyar Awad ma’ruf
Beliau mengarang Sebuah Kitab yang berjudul “Ad Dzahabi wa Manhajuhu fi Kitabihi Tarikh Islam” Beliau berkata tentang As Sakhawi [ ….dia adalah salah seorang yang mengisyaratkan sebuah surat Ad Dzahabi kepada ibnu Taimiyah, yang dipercaya penisbatannya kepadanya, meskipun begitu, diragukan bukan hanya oleh seorang saja..] beliau juga Mengatakan : “sebagian orang memilih untuk berpendapat bahwa surat tersebut adalah palsu, padahal tidak bisa dianggap demikian”. Beliau juga mengisyaratkan didalam Muqaddimah Kitab Siyar A’lamin Nubala, beliau berkata: “… dan ia (ad Dzahabi, pent) telah mengirim surat kepadanya(ibnu Taimiyah, Pent) berupa nasehat emas yang menyalahkannya dan mengkritik sebagian pendapat-pendapatnya dan pendapat sebagian sahabatnya…”
Syaikh Basyar Awad juga merupakan pentahqiq  tahdzibul Kamal
Adapun penetapan bahwasanya As Sakhawi mengisyaratkan tsabitnya nasihah Ini dalam Kitabnya I’lanut taubih Liman Dzammat Tarikh, maka diragukan Karena secara jelas yang beliau maksudkan adalah kitab Risalah Zaghlul ilmi wa Atthalab yang memang merupakan kitab beliau dan telah ditahqiq Oleh Syaikh Muhammad Al Azmi. Buktinya beliau menukil isi kitab tersebut dan bukan risalah Nasihah Dzahabiyah. Kitab tersebut juga mendapat sorotan karena didalamnya terdapat dua paragraph yang dimungkinkan atau dipahami oleh beberapa orang sebagai kritikan Pedas Ad Dzahabi terhadap Ibnu Taimiyah.
Text Pernyataan As Sakhawi yang justeru menukil Kitab Zaghlul Ilmi Bukan surat tersebut
Kesimpulan
Saya pribadi amat tersentuh dengan isi nasihat tersebut, namun satu hal yang perlu diketahui adalah bahwasanya nasihat itu untuk orang yang masih Hidup, jadi jelas kalaulah surat itu benar, maka pastilah ditulis ketika ibnu Taimiyah masih hidup.
Saya tawaqquf terhadap valid tidaknya surat tersebut, namun Perlu diketahui bahwa Ad Dzahabi telah menulis dan atau menyinggung biografi ibnu Taimiyah dilebih dari 7 kitab karangannya, diantaranya Dzailut Tarikh Islam, Mu’Jam Syuyukh, Tadzkiratul Huffadz, Dzailul ibar, Duwalil Islam, Al i’lam biwafayatil a’lam, dan Almu’jam Al Mukhtas. Semuanya menyebutkan bahwa tahun lahir dan atau tahun wafatnya yaitu lahir tahun 660 atau Rabiul Awal tahun 661 Hijriah dan Wafat Bulan Dzulqa’dah tahun 728 Hijriah, bahkan dalam KitabDuwali Islam beliau menegaskan bahwa Jumlah Umurnya 67 tahun lebih beberapa Bulan. Dari Penyebutan tahun Wafat tersebut, maka dipastikan kitab -kitab tersebut selesai dikarang setelah wafatnya ibnu Taimiyah.
Di kitab-kitab yang selesai dikarang setelah wafatnya Ibnu Taimiyah tersebut Adz dzahabi Hanya memuji Ibnu Taimiyah Saja, kalaupun mengkritik sepaling keras dia mengatakan “semua manusia bisa diambil pendapatnya dan bisa ditinggalkan” dan secara tegas di Mu’jam Syuyukh beliau memanggil dengan kata syaikhunadan juga beliau tak lupa memanggil dengan Syaikhul Islam dan Taqiyuddintanpa meragukannya sedikitpun diseluruh karangan yang menyinggung nama beliau.
JIka kitab-kitab tersebut menyebut Tahun Wafat Ibnu Taimiyah, maka Jelaslah bahwa kitab tersebut selesai dikarang Setelah Wafatnya Ibnu Taimiyah.
Jadi, kalau saja dikatakan Surat itu benar (tidak pasti), maka adalah sangat pasti bahwa Adz Dzahabi telah membatalkan Surat tersebut dengan Pujian-pujiannya dikitab-kitab beliau yang secara jelas, tegas, dan meyakinkan selesai dikarang setelah wafatnya Ibnu Taimiyah dan dipastikan ditulis setelah dikirimnya surat yang meragukan tersebut.
Semoga Bermanfaat.
Lampiran :
  1. Terjemahan Naskah Dzahabiyah
  2. Naskah Nashihah Dzahabiyah yang ditemukan oleh al Kautsary.
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala Puji bagi Allah atas kerendahan hatiku, Wahai Rabb Kasihanilah aku dan kurangilah Kesalahanku, Jagalah Imanku. Alangkah Sedihnya diriku atas sedikitnya kesedihanku, alangkah dukanya pada sunnah dan kepergian para pemiliknya, Alangkah sedihnya orang-orang beriman yang berbagi denganku dalam tangis, alangkah sedihnya atas kehilangan oarng-orang yang merupakan lampu-lampu Ilmu, bertaqwa dan lumbung kebaikan.Sayang sekali! karena tidak menemukan dirham yang halal atau saudara yang yang mencintai
Sungguh beruntung bagi orang yang selalu disibukkan untuk menyelidiki aib dirinya sendiri, sehingga tidak sempat untuk menyelidiki aib orang lain. Dan celakalah bagi orang yang disibukkan oleh aib orang lain, sehingga tidak sempat menyelidiki aib diri sendiri. Sampai kapan engkau akan Memperhatikan bintik dimata saudaramu dan melupakan catatan pada dirimu. Sampai Kapan engkau akan memuji dirimu sendiri, ocehanmu, dan gayamu, sementara engkau menyalahkan ulama dan mencari-cari rahasia orang lain padahal engkau tahu larangan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam : “ jangan engkau menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh orang yang meninggal kecuali hal-hal yang baik saja, sesungguhnya mereka telah menyerahkan apa yang telah mereka perbuat.
Tentu saja, aku menyadari bahwa Anda akan membela diri dengan mengatakan serangan itu hanya bagi mereka yang tidak pernah mencium bau Islam dan tidak tahu apa yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu alaihi Wasallam dan itu adalah jihad Anda . Tidak demikian, demi Allah! orang-orang yang menyerang Anda telah mengetahui hal yang jika mereka melakukannya niscaya mereka akan berhasil, namun mereka tidak mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi mereka: “Termasuk dari kebaikan keislaman seseorang ialah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”
Wahai laki-laki! Demi Allah berhentilah! Sesungguhnya anda pendebat nan pandai bersilat lidah lagi tidak tidur dan istirahat, jauhilah berlebih-lebihan dalam bergama, Nabi anda Shallallahu Alaihi Wasallam membenci banyaknya masalah, menganggap buruk, dan juga melarang banyak bertanya. Beliau Bersabda: “ Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas ummatku adalah orang munafik yang pandai bersilat lidah.”,
Apabila Banyak berbicara tanpa dalil saja dapat mengeraskkan hati jika terkait dengan halal dan haram, Apalagi jika terkait dengan ungkapan-ungkapan Yunusiyyah dan filsafat yang semua kekufuran itu membutakan hati. Demi Allah kami telah menjadi bahan tertawaan. Sampai kapan engkau menggali rincian-rincian kekufuran filsafat untuk kita bantah dengan akal-akal kita.
Wahai laki-laki!
Engkau telah menelan racun filsafat dan karangan-karangan mereka berkali-kali. Dan dengan dengan banyaknya mengkonsumsi Racun tersebut, maka jasadmu kecanduan dan racun tersebut menetap. -Demi Allah- Menetap ditubuhmu
Oh.. alangkah rindunya dengan majlis yang didalamnya ada tilawah dan tadabbur, khosyah dengan zikir, hening dengan tafakkur. Oh…alangkah rindunya kepada Majelis yang disebutkan didalamnya kebaikan-kebaikan, Maka Ketika orang-orang solih disebutkan kebaikannya, turunlah rahmat. Bukan ketika menyebut-nyebut orang-orang solih, disebutkan dengan penghinaan dan laknat.
Pedang Hajjaj dan lisan ibnu Hazm adalah dua saudara (tidak ada yang selamat dari keduanya, pent), kini engkau bergabung dengan mereka berdua.
Demi Allah kami menahan diri dari menyebutkan bid’ah Khumais dan memakan biji-bijian, telah didapati pada penyebutan Bid’ah yang kami anggap pangkal kesesatan justeru menjadi Sunnah yang murni dan asas tauhid, dan barang siapa yang tidak mengetahuinya niscaya ia adalah orang kafir atau keledai. Dan barang siapa yang tidak mengkafirkan, niscaya ia Lebih kufur dari fir’aun, dan anda menganggap nasrani seperti kami. Demi Allah didalam hati kami ada keraguan, jika Imanmu selamat dengan dua Syahadat maka niscaya engkau akan berbahagia
Alangkah kecewanya para pengikutmu, Sesungguhnya mereka menyodorkan diri kepada kezindikan dan kebuntuan, apalagi jika sedikit ilmu dan agamanya, manja lagi pemalas. Tetapi bermanfaat untukmu dan berjuang dipihakmu dengan tangan dan lisan, padahal sebenarnya, kondisi dan hatinya tersebut adalah musuhmu.
Apakah kebanyakan pengikutmu adalah orang-orang picik yang pendek akalnya, atau orang awam yang pendusta lagi dungu, atau orang Asing yang mumpuni akal bulusnya, atau orang solih yang kering lagi kosong pemahamannya. Jika engkau tidak membenarkan aku, maka koreksilah dan nilailah mereka dengan adil.
Wahai Muslim
Engkau telah mengedepankan nafsu keledai untuk memuji dirimu, sampai kapan engkau akan mempertahankan egomu dan menyerang orang-orang pilihan. Berapa lama lagi kau akan menghargainya dan menghina orang-orang yang berbakti, berapa lama lagi engkau akan mengagungkannya dan merendahkan hamba-hamba. Sampai Kapan engkau akan menjadi teman dekatnya dan membenci orang-orang zuhud.
Sampai kapan kamu memuji-muji omonganmu sendiri dengan pujian yang tidak engkau berikan bahkan kepada hadis-hadis Bukhari & Muslim, andai hadist-hadist dari keduanya selamat dari kecamanmu, bahkan setiap saat engkau menyerangnya dengan mendha’ifkannya dan menggugurkannya dengan takwil atau pengingkaran.
Bukankah ini saatnya datang untuk menyerah? Bukankah sudah waktunya untuk bertobat dan menebus dosa? Bukankah Anda pada sepersepuluh dari Kehidupan manusia ketika ia mencapai tujuh puluh tahun dan keberangkatan akhir sudah dekat? Memang, Demi Allah, aku tidak ingat bahwa Anda mengingat kematian.Bahkan Anda mengejek siapapun yang mengingat kematian. Jadi saya tidak yakin Anda akan menerima perkataanku dan berkenan mendengar nasihatku. Bahkan anda berkeinginan kuat untuk membantah surat ini dengan berjilid-jilid dan menggunting perkataanku hingga berkeping-keping, dan engkau akan senantiasa menuntutnya hingga aku katakan kepadamu :” Aku diam”
Jika ini adalah kedudukanmu disisiku sedangkan aku adalah seorang yang memiliki simpati , cinta, dan Sayang kepadamu. Maka bagaimanakah kedudukanmu disisi musuh-musuhmu, sedangkan musuh-musuhmu –Demi Allah- diantara mereka Itu ada orang-orang solih, cendikiawan, dan orang-orang yang memiliki keutamaan. Seperti halnya diantara para penolongmu ada penjahat, pendusta, jahil, jagoan, keji dan Penggembala sapi.
Saya bisa menerima jika anda merendahkan saya di depan umum, sementara diam-diam anda mendapatkan manfaat dari apa yang saya katakan. “Semoga Allah memuliakan orang yang menunjukkan padaku kesalahan saya” [Perkatan umar, pent]. Karena aku punya banyak aib dan sering berbuat dosa, dan celakalah aku jika aku sendiri tidak bertobat, dan sangat besar maluku kepada Yang maha mengetahui sesuatu yang tersembunyi. Satu-satunya obat bagi saya adalah pengampunan Allah dan pengampunan-Nya, taufikNya, dan bimbinganNya.
Segala Puji Bagi Allah Rabb Semesta Alam. Sholawat dan Salam kepada Sayyidina Muhammad penutup Para Nabi, dan kepada keluarga serta seluruh sahabatnya..


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger