Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sebagian di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah
diangkatnya ilmu, kebodohan merajalela, khamr ditenggak,
dan perzinaan bermunculan -di mana-mana-”.
(HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [8/267]).
Hadits yang agung ini memberikan pelajaran, di antaranya:
1. Hancurnya alam dunia ini -dengan terjadinya kiamat- akan didahului dengan hancurnya pilar-pilar penegak kemaslahatan hidup manusia yang menjaga kepentingan dunia dan akherat mereka. Di antara pilar tersebut adalah; agama, akal, dan garis keturunan/nasab. Rusaknya agama akibat hilangnya ilmu. Rusaknya akal akibat khamr. Rusaknya nasab karena praktek perzinaan yang merajalela di mana-mana (lihat Fath al-Bari [1/218).
2. Hadits ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan kemaslahatan hidup umat manusia. Islam memperingatkan mereka dari hal-hal yang dapat merusak ketentraman hidup mereka. Di antara perkara yang harus mereka perhatikan adalah kewajiban menjaga urusan agama, kejernihan akal, dan kejelasan nasab. Dan itu juga mengisyaratkan bahwa syari'at Islam adalah syari'at yang sangat bijaksana karena ia diturunkan dari Allah al-Hakim (Yang Maha bijaksana).
3. Dari hadits yang agung ini, kita bisa memetik pelajaran bahwa kehancuran umat ini adalah dengan hancurnya agama, akal, dan nasab mereka. Oleh sebab itu janganlah anda heran jika ternyata musuh-musuh umat Islam (dari kalangan orang kafir dan munafik) begitu gencar berupaya menjauhkan generasi muda kaum muslimin dari al-Qur'an dan Sunnah serta para ulama Rabbani. Mereka sebarkan paham-paham sesat dan pemikiran-pemikiran menyimpang melalui doktrin-doktrin inklusivisme dan kebebasan, yang pada akhirnya akan memporak-porandakan akidah kaum muslimin.
Mereka juga giat menyusupkan narkoba dan semacamnya ke tengah-tengah masyarakat Islam, yang pada akhirnya akan melahirkan sosok para pemuda yang tidak bisa memikirkan tujuan hidupnya. Mereka juga giat menyebarkan film-film cabul dan sinetron-sinetron murahan, yang pada akhirnya akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang perzinaan! Maka waspadalah wahai saudaraku dari jerat-jerat dan makar mereka... Mereka itulah musuh kita, maka berhati-hatilah darinya.
4. Dorongan untuk menimba ilmu. Ilmu tidak akan diangkat melainkan dengan cara wafatnya orang-orang yang berilmu. Selama masih ada orang yang menimba ilmu maka pengangkatan ilmu -secara total- tidak akan terjadi (lihat Fath al-Bari [1/216]).
Di dalam riwayat Ahmad dan Thabrani dari jalan Abu Umamah disebutkan bahwa ketika Hajjatul Wada’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ambillah ilmu sebelum sebelum ia dicabut atau diangkat.” Maka ada seorang Badui yang bertanya,“Bagaimana ia diangkat?”. Maka beliau menjawab, “Ketahuilah, hilangnya ilmu adalah dengan perginya (meninggalnya) orang-orang yang mengembannya.” (lihat Fath al-Bari [1/237-238]).
5. Hadits ini menunjukkan keutamaan menjaga ilmu, akal, dan kehormatan.
6. Yang dimaksud terangkatnya ilmu bukanlah dicabutnya ilmu begitu saja dari dada-dada manusia, Akan tetapi yang dimaksudkan adalah meninggalnya para ulama atau orang-orang yang mengemban ilmu tersebut (lihat Fath al-Bari [1/237]).
Hal itu sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits lainnya dari Abdullah bin Amr al-Ash radhiyallahu’anhuma, “Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu itu secara tiba-tiba -dari dada manusia- akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan cara mewafatkan para ulama. Sampai-sampai apabila tidak tersisa lagi orang alim maka orang-orang pun mengangkat pemimpin-pemimpin dari kalangan orang yang bodoh. Mereka pun ditanya dan berfatwa tanpa ilmu. Mereka itu sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [8/269]).
7. Hadits ini -beserta hadits lain yang menafsirkannya di atas- menunjukkan kepada kita bahwasanya orang alim -yaitu orang yang memahami ilmu al-Kitab dan as-Sunnah- merupakan aset umat yang sangat berharga. Wafatnya ulama merupakan musibah besar bagi alam semesta. Karena dengan kepergian mereka maka pergi pula ilmu yang mereka miliki. Sehingga hal itu akan menyebabkan cacatnya -pemahaman- agama (lihat Fath al-Bari [1/218]).
Tidakkah kita ingat, tatkala sang pemimpin para ulama di atas muka bumi ini -yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam- wafat, apa yang terjadi? Ternyata, sebagian bangsa Arab ketika itu kembali kepada agama kekafiran mereka (sebagaimana dikisahkan dalam HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, lihat Syarh Muslim [1/50]).
Subhanallah… fitnah kekafiran merebak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidakkah kita juga ingat, apa yang terjadi setelah wafatnya Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu -salah seorang pembesar ulama sahabat-? Maka datanglah fitnah bertubi-tubi menyerang umat ini bagaikan hempasan ombak lautan yang datang silih berganti (lihat Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman, Kitab al-Fitan, hal. 1420).
Maka demikian pula yang terjadi di masa kita sekarang ini setelah meninggalnya para ulama besar semacam Syaikh al-Albani, Syaikh Ibnu Bazz, Syaikh Ibnu Utsaimin, dan Syaikh Muqbil -rahimahumullah- terjadilah apa yang terjadi.. Fitnah berkecamuk, bahkan di antara sesama penuntut ilmu itu sendiri (lihat at-Tanbih al-Hasan fi Mauqif al-Muslim minal Fitan, hal. 2 karya Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Imam).
Dalam situasi semacam ini, maka tidak ada solusi yang terbaik selain kembali kepada Allah dengan menyibukkan diri dengan ketaatan kepada-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tetap beribadah di saat harj/fitnah berkecamuk bagaikan berhijrah kepadaku.” (HR. Muslim dari Ma’qil bin Yasar, lihat at-Tanbih al-Hasan fi Mauqif al-Muslim minal Fitan, hal. 5).
8. Yang dimaksud dalam ungkapan ‘khamr ditenggak- adalah ia diminum secara meluas. Demikian juga, ‘perzinaan bermunculan’ artinya ia tersebar dan merebak kemana-mana (lihat Syarh Muslim [8/267]).
9. Meminum Khamr tidak akan mendatangkan kenikmatan, bahkan sebaliknya pelakunya akan menuai kesengsaraan.
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang minum khamr di dunia kemudian tidak bertaubat darinya maka dia tidak akan bisa menikmatinya di akherat kelak.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, lihat Syarh Muslim [7/93]). Beliau juga bersabda, “Setiap yang memabukkan adalah haram. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menjanjikan bagi orang yang meminum sesuatu yang memabukkan bahwa Allah akan meminumkan kepadanya Thinatul Khabal.” Mereka -para sahabat- bertanya,“Wahai Rasulullah! Apa yang dimaksud Thinatul Khabal?”. Beliau menjawab, “Yaitu keringat penduduk neraka, atau nanah penduduk neraka.” (HR. Muslim dari Jabir, lihat Syarh Muslim [7/92]).
- Para ulama kita mengatakan, “Barangsiapa yang tergesa-gesa meraih sesuatu padahal belum saatnya, maka justru ia tidak akan mendapatkannya”.
- Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Barangsiapa -lelaki- yang mengenakan sutera di dunia, maka ia tidak akan memakainya di akherat. Dan barangsiapa yang menenggak khamr di dunia maka ia tidak akan meminumnya di akherat. Sebagaimana halnya orang yang tergesa-gesa menikmati sesuatu yang terlarang baginya akan terhalang mendapatkannya, maka sebaliknya bagibarangsiapa yang meninggalkan sesuatu yang diinginkan oleh nafsunya karena Allah niscaya Allah akan gantikan untuknya sesuatu yang lebih baik di dunia dan di akherat. Barangsiapa yang meninggalkan kemaksiatan kepada Allah sementara nafsunya sangat menginginkannya maka Allah akan gantikan itu semua dengan keteguhan iman di dalam hatinya, perasaan lapang, keberkahan dalam rezkinya, kesehatan bagi tubuhnya. Selain itu dia juga akan memperoleh pahala dari Allah yang tidak bisa digambarkan bagaimana bentuk atau sifatnya. Wallahul musta’an.” (al-Qawa’id al-Fiqhiyah, hal. 39-40).
10. Apabila kita cermati, ketiga perkara tadi -yaitu kebodohan, khamr, dan perzinaan- maka sesungguhnya yang menjadi akar permasalahan adalah merajalelanya kebodohan di tengah-tengah umat ini.
Itulah sebab utama kehancuran masyarakat. Sampai-sampai diistilahkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa kebodohan ini merupakan daa’un qaatilun (penyakit yang mematikan). Sementara, penyakit ganas ini tidak akan bisa disembuhkan kecuali dengan siraman dalil al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang diajarkan oleh para ulama Rabbani (lihat Syarh Tsalatsat al-Ushul Syaikh Shalih alu Syaikh, hal. 8).
Oleh sebab itu, para pendahulu kita yang salih sangat mengagungkan ilmu.
- Dari Abu Hurairah dan Abu Dzar radhiyallahu’anhuma, mereka berdua pernah berkata, “Sebuah bab tentang ilmu yang kamu pelajari itu lebih kami sukai daripada seribu raka’at sholat sunnah.” (dinukil dari Tajrid al-Ittiba’ karya Syaikh Dr. Ibrahim ar-Ruhaili, hal. 26).
- Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Menuntut ilmu lebih utama daripada melakukan sholat sunnah.” (dinukil dari Tajrid al-Ittiba’, hal. 27).
- al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah berkata, “Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa ilmu lebih utama daripada semua amal sunnah adalah: sesungguhnya ilmu itu telah memadukan semua keutamaan amal yang berserakan. Sebab ilmu itu adalah bentuk dzikir yang paling utama -sebagaimana sudah diterangkan di depan-. Dan ia juga merupakan bentuk jihad yang paling utama.”(dinukil dari Tajrid al-Ittiba’, hal. 31).
Dari sinilah kita mengetahui bahwa sesungguhnya kemuliaan dan kejayaan umat ini akan kembali jika mereka mau kembali menekuni ajaran Allah dan rasul-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat sebagian kaum dengan sebab Kitab ini, dan akan merendahkan sebagian yang lain karenanya.” (HR. Muslim dari Umar bin Khattab).
Suatu saat, sekelompok warga muslim Palestina bertanya kepada seorang Mufti, “Kapankah kita bisa kembali ke Palestina?”. Maka beliau menjawab dengan lugas, “Jika kalian kembali kepada -ajaran- Allah, niscaya kalian akan bisa kembali ke Palestina.” (dinukil dari ceramah Syaikh Dr. Muhammad Sa’id Ruslan, Mata Ta’udu Ilaina Falasthin, hal. 7).
Inilah kebangkitan Islam sejati yang ditakuti oleh orang-orang kafir dan munafikin. Inilah kebangkitan yang akan mengguncangkan dunia dan membungkam mulut para durjana!.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
0 komentar:
Posting Komentar