Penanya: Akh Tommi.
Ada yg saya ingin tanyakan perihal niat. Spt yg kita semua tau bahwa masih banyak org yg melafazkan niat spt niat sholat (Usholli…), niat puasa (nawaitu shauma ghodin…), niat haji dll, pdhl -Subhanallah-, ibadah itu sangatlah mudah spt salah satu sabda Rasulullah mengenai sholat, “mulailah sholat dengan takbiratul ihram”. Beliau tidak menyuruh untuk melafazkan niat tetapi niat itu ada di dalam hati. Yg ingin saya tanyakan,
Ada yg saya ingin tanyakan perihal niat. Spt yg kita semua tau bahwa masih banyak org yg melafazkan niat spt niat sholat (Usholli…), niat puasa (nawaitu shauma ghodin…), niat haji dll, pdhl -Subhanallah-, ibadah itu sangatlah mudah spt salah satu sabda Rasulullah mengenai sholat, “mulailah sholat dengan takbiratul ihram”. Beliau tidak menyuruh untuk melafazkan niat tetapi niat itu ada di dalam hati. Yg ingin saya tanyakan,
- Bagaimana awalnya sejarah org2 mulai melafazkan niat ini?
- Apakah org2 yg melafazkan niat ini ibadahnya menjadi tertolak? karena mengingat lafaz niat ini adalah sesuatu yg baru yg tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, sebagaimana sabdanya, “barangsiapa yg membuat perkara baru dalam agama ini, maka ia tertolak”.
Wassalamu’alaikum.
Jawaban:
Waalaikum salam warohmatulloh.
Pertama:
Memang ada beberapa sebab yang menjadikan mereka mengatakan melafalkan niat itu sunnah.
Diantara alasan mereka adalah:
- Menjauhkan rasa was-was dalam hati dan lebih memudahkan dalam menuntun hati untuk berniat.
- Meng-qiyas-kan ibadah yang tidak ada tuntunan melafalkan niatnya, dengan ibadah yang disyariatkan melafalkan niatnya, seperti menyembelih kurban dan haji atau umroh.
- Kesalahan sebagian fuqoha’ Madzhab Syafi’i -rohimahumulloh- dalam memahami perkataan imam syafi’i -rohimahulloh-. Sebagaimana dinyatakan oleh Imam An-Nawawi -rohimahulloh-:
وقال صاحب الحاوى هو قول ابى عبد الله الزبيري أنه لا يجزئه حتى يجمع بين نية القلب وتلفظ اللسان
لان الشافعي رحمه الله قال في الحج إذا نوى حجا أو عمرة أجزأ وان لم يتلفظ وليس كالصلاة لا تصح الا بالنطق
قال اصحابنا غلط هذا القائل وليس مراد الشافعي بالنطق في الصلاة هذا بل مراده التكبير: ولو تلفظ بلسانه ولم ينو بقلبه لم تنعقد صلاته بالاجماع فيه: ولو نوى بقلبه صلاة الظهر وجرى علي لسانه صلاة العصر انعقدت صلاة الظهر.
“Pengarang kitab Al-Hawi mengatakan: Abdulloh Az-Zubairi berpendapat, tidak cukup bagi seseorang dalam hal niat, kecuali dengan mengumpulkan antara niat dalam hati dengan ucapan lisan, karena Imam Syafi’i mengatakan dalam bab haji: ‘Apabila ia berniat haji atau umroh (dalam hati), maka itu sudah cukup baginya, meski tanpa ucapan, tidak seperti sholat yang tidak sah kecuali dengan ucapan’…. (Imam Nawawi mengatakan): “Para sahabat kami mengatakan: Orang ini (yakni: Abdulloh Az-Zubairi) telah jatuh dalam kesalahan, karena yang dimaksud oleh Imam Syafi’i ‘ucapan dalam sholat’ adalah ucapan takbir bukan ucapan niat. Oleh karena itu barangsiapa niat dengan lisannya, tanpa dibarengi niat dalam hatinya, maka sholatnya tidak sah, sebagaimana disepakati oleh seluruh ulama (ijma’). Dan barangsiapa dalam hatinya niat sholat dhuhur, tapi melafalkan niat sholat ashar, maka yang jadi adalah niat sholat dhuhurnya”. (Lihat Majmu’ Syarah Muhadzdzab, karya An-Nawawi 3/241).
Inilah argumen mereka yang mengatakan melafalkan niat itu sunat… Dan semua dalil di atas itu lemah.. Karena beberapa alasan berikut:
- Tidak adanya dalil khusus dari nash (Alqur’an, Sunnah dan Ijma’) yang mendukungnya, padahal kita tahu bahwa hukum asal suatu ibadah adalah terlarang, kecuali ada dalil yang membolehkannya… Melafalkan niat adalah ibadah, maka ia terlarang kecuali ada dalil yang membolehkannya.
- Tidak ada seorang pun sahabat yang melakukannya, seandainya melafalkan niat itu ibadah yang sunat hukumnya, tentunya para sahabat berlomba-lomba dalam mempraktekkannya… Fakta ini juga menunjukkan salahnya qiyas yang digunakan oleh mereka, jika seandainya qiyas itu benar, tentunya para sahabat telah menerapkannya.
- Sabda Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-: “Barangsiapa melakukan amalan yang tidak sesuai dengan tuntunanku, maka amalan itu tertolak” (HR. Bukhori Muslim)… dan karena beliau tidak pernah memberi tuntunan melafalkan niat dalam sholat, maka amalan itu tertolak dan tidak boleh dilakukan.
Diantara bukti tidak adanya tuntunan melafalkan niat dalam sholat dan puasa adalah, ketidak-mampuan mereka untuk mendatangkan lafal niat yang diajarkan Rosul -shollallohu alaihi wasallam-, meski hanya satu saja… Seandainya beliau mengajarkan hal itu, tentu ada nukilan lafal niat dari beliau, meski hanya satu, sebagaimana dinukil banyak dzikir dan doa dari beliau… wallohu a’lam.
Kedua:
Orang yang ibadahnya melafalkan niat, insyaAlloh tetap sah, yang tertolak adalah amalan niatnya dengan lisan… Sedang niatnya dalam hati, tetap sesuai tuntunan.
Wallohu A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar