Islam Menyembah Batu Hitam di Ka'bah

Syubhat :

Mengapa kaum muslimin menyembah batu hitam (hajar aswad), dan ini jelas dari perbuatan mereka yang selalu menciuminya dan sujud ke arahnya.

Jawab :

Sesungguhnya pertanyaan Anda tersebut adalah bukti nyata bagi penipuan dan pembodohan yang dilakukan oleh sebagian pendeta, karena kaum muslimin tidak sujud kepada hajar aswad, dan tidak pula menyembahnya. Jadi, darimana para pendeta yang menyimpang itu mendapatkan pemahaman yang salah ini? Jawabannya tidak lepas dari dua kemungkinan: bisa jadi mereka itu adalah orang-orang yang bodoh terhadap agama Islam, kemudian mereka tularkan kebodohan mereka kepada Anda; atau bisa jadi mereka sengaja berdusta dan menipu demi menolong kebatilan mereka agar Anda tetap berada di atas agama mereka, meskipun dengan cara dusta.

Sesungguhnya hajar aswad adalah dari bebatuan sorga. Saat Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintah Ibrahim ‘Alaihi Sallam untuk membangun Ka’bah, maka dia pun bergegas untuk meninggikan pondasi bangunan Ka’bah. Kemudian Ibrahim ‘Alaihi Sallam meminta putranya, Isma’il ‘Alaihi Sallam mencarikan sebuah batu yang nantinya akan menjadi tanda awal thawaf. Maka saat Isma’il mulai mencari, dia tidak menemukan. Lalu dia kembali kepada ayahandanya tanpa membawa batu. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan bersama Jibril ‘Alaihi Sallam sebuah batu dari sorga yang sekarang berada pada tempatnya hingga hari ini.

Hajar aswad terdapat di rukun (pojok Ka’bah) sebelah selatan timur di bagian luar Ka’bah. Keberadaannya sebagai tanda dimulai dan berakhirnya sebuah putaran thawaf, dan dengannyalah putaran thawaf menjadi sempurna.

Kaum muslimin saat mencium hajar aswad, mereka melakukannya hanya karena mengikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang telah memerintahkan kita untuk mencontoh manasik hajinya, bukan karena menyembah hajar aswad, dan tidak pula sujud kepadanya, sebagaimana Anda klaim.

Kaum muslimin tidak menjadikan satu perantara pun antara mereka dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan mereka tidak beranggapan bahwa ada sesuatu yang memiliki kekuasaan untuk mendatangkan madharat (bahaya) dan manfaat selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menafikan (menolak) adanya kekuasaan makhluk apa pun, sebagaimana mereka beranggapan bahwa hubungan ibadah antara makhluk dan sang Pencipta adalah hubungan langsung tanpa perantara. Dan bahwa para hamba tidak membutuhkan perantara yang bisa memberikan pertolongan hingga mereka menuju dan mendekat kepadanya selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan mereka mengaggapnya sebagai perbuatan syirik besar (menyekutukan Allah) yang mengeluarkannya dari agama Islam. Mereka berkeyakinan bahwa segenap ibadah, tidak boleh diarahkan atau ditujukan kepada makhluk mana pun, apakah makhluk itu seorang malaikat yang dekat kepada Allah, atau seorang Nabi yang diutus oleh Allah, lebih-lebih lagi sebuah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat dan memberikan manfaat.

Sesungguhnya mencium hajar aswad bukanlah sebuah syarat, tidak pula sebuah kewajiban atas kaum muslimin.

Cukuplah Anda ketahui bahwa Khalifah Umar bin al-Khaththab Radhiallahu ‘Anhu, termasuk murid utama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saat dia thawaf di sekitar Ka’bah dan datang pada hajar aswad, dia berkata,

إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكِ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّيْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكِ مَا قَبَّلْتُكِ

“Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalau sebuah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat, dan tidak bisa memberikan manfaat, seandainya saja aku tidak melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menciummu, maka aku tidak akan pernah menciummu.”.

Sesungguhnya perkataan khalifah ini adalah sebuah ketetapan yang menguatkan sebuah aqidah (keyakinan) yang sangat penting, yaitu bahwa kami tidak menyembah batu dan kami tidak menyentuhnya agar mengangkat madharat atau memberikan manfaat, tidak juga berdo’a memohon kepadanya. Akan tetapi kami menciumnya hanya karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menciumnya. Ini adalah sebuah penjelasan dari Khalifah Umar Radhiallahu ‘Anhu kepada umat Islam, serta sebagai pelajaran sekaligus nasihat yang dalam dari pelajaran aqidah yang shahih, dan sebagai bentuk ittiba’ (mengikut) Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.*.

http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/


2 komentar:

Unknown mengatakan...

suatu ajaran yang salah karena yang namanya batu ialah tetap batu walaupun turun dari sorga karena batu yang ada di bumi ini pun adalah tetap ciptaan yang maha kuasa jadi apapun yang di sembah selain TUHAN Yang Maha Esa itu adalah berhala..jadi jangan pernah kita menyembah apapun yang ada di bumi ini walaupun itu pemberian TUHAN selain TUHAN itu sendiri yang kita sembah..YHBU

tonwsh mengatakan...

Kalian KRISETAN buta, didepan altar tempat sembahyang selalu ada PATUNG SALIB, PATUNG YESUS dan ato PATUNG MARIA, GBU GENDRUWO BLESS YOU

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger