Baitul Muqaddas adalah Kiblatnya Yahudi dan Nasrani

Syubhat :

Mengapa saat kaum muslimin berhijrah dari Makkah ke Madinah, mereka shalat mengarah ke kiblatnya orang-orang Yahudi (Baitul Maqdis), akan tetapi setelah mereka berhasil mengusir orang-orang Yahudi, Muhammad -Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- dengan hujjah telah turun kepadanya wahyu untuk mengubah arah kiblati dari Baitul Maqdis ke Makkah yang di dalamnya terdapat Ka’bah?.

Jawab :

Pertama, Baitul Muqaddas -Masjid Al Aqso- bukanlah kiblat untuk orang Yahudi saja, melainkan juga untuk orang Nasrani. Akan tetapi kala itu orang-orang Yahudi yang marah karena adanya perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Penghadapan kiblat kearah Baitul Maqdis kala itu dijadikan oleh orang-orang Yahudi sebagai alasan untuk menolak masuk Islam, dimana mereka di Madinah mengatakan dengan lisan mereka bahwa pengarahan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan orang yang bersamanya ke kiblat (Baitul Maqdis) adalah sebuah dalil bahwa agama mereka (Yahudi) adalah agama yang sebenarnya, dan kiblat mereka adalah kiblat yang sebenarnya. Maka merekalah yang asli dan agama yang benar. Mereka (Yahudi itu) mengatakan, bahwa yang lebih utama bagi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan orang-orang yang bersama mereka adalah kembali ke agama mereka (Yahudi), tidak mengajak mereka untuk masuk Islam.

Pada waktu yang sama, perkara itu menjadi berat atas kaum muslimin bangsa Arab yang mereka sudah terbiasa di zaman jahiliyah untuk mengagungkan Baitul Haram dan menjadikannya sebagai Ka’bah dan kiblat mereka. Perkara itu semakin menjadi sulit saat mereka mendengar dari orang-orang Yahudi kebanggaan mereka dengan perkara ini dan menjadikannya sebagai alasan untuk membenarkan yahudi. Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sendiri membolak-balikkan wajah beliau ke langit, bermunajah kepada Tuhan, tanpa berbicara dengan lisannya, sebagai bentuk adab kepada Allah, serta menunggu arahan yang diridhai-Nya. Kemudian turunlah al-Qur’an mengabulkan apa yang ada di dalam dada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan wahyu dengan firman-Nya:

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya….” (QS. Al-Baqarah: 144).

Ketika kaum muslimin mendengar pengalihan arah kiblat, sebagian dari mereka tengah berada di dalam shalat mereka. Maka mereka pun mengalihkan wajah mereka ke arah Masjidil Haram di tengah shalat mereka dan menyempurnakan shalat mereka ke arah kiblat yang baru.

Saat itulah hilang sudah terompet orang-orang Yahudi yang membanggakan mereka, dengan mengalihkannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan orang-orang yang bersama beliau dari kiblat mereka, yang dengannya mereka kehilangan hujjah yang menyandarkan kebanggaan mereka kepadanya.

Sekarang, biarkanlah saya menjelaskan kepada Anda dan juga kepada kaum muslimin, terutama para penuntut ilmu, akan hikmah dialihkanya kiblat dari Ka’bah pada awal tinggal mereka di Madinah. Sungguh ini adalah sebuah kejadian besar di hati mereka dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan mereka.

Hikmahnya adalah agar menjadi jelas siapa yang mengikut Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan siapa yang membelot. Adalah orang Arab mengagungkan Baitul Haram dalam masa jahiliyah mereka. Mereka menjadikannya sebagai simbol keagungan mereka. Saat Islam ingin membersihkan hati untuk Allah, serta melepaskannya dari ketergantungan kepada selain-Nya, dan membebaskannya dari segala keterpikatan dan segala kefanatikan kepada selain manhaj Islam yang terikat dengan Allah secara langsung, yang bersih dari segala endapan sejarah dan kesukuan, maka mencabut mereka dengan sekali cabutan dari arah baitul haram yang kemudian memilihkan mereka untuk sementara waktu ke arah masjidil Aqsha, demi membersihkan mereka dari endapan jahiliyah, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan masa jahiliyah agar menjadi tampak siapa yang mengikuti Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan ikhlas dan siapa yang membelot karena bangga dengan keterpikatan jahiliyah yang berkaitan dengan jenis, kaum, bumi, dan sejarah.

Dikarenakan pembimbing dan pengajarnya adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka pasrahlah kaum muslimin dan menghadap ke arah kiblat yang telah ditentukan untuk mereka. Saat perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala turun untuk mengarah ke Masjidil Haram, maka hati kaum muslimin pun terikat dengan hakikat yang agung, yaitu bahwa rumah tersebut adalah rumah yang dibangun oleh Ibrahim dan Isma’il ‘Alaihima Salam agar menjadi murni untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.*.

http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/


4 komentar:

elfan mengatakan...


MUNGKINKAH NABI MUHAMMAD SAW SINGGAH KE MASJID AQSA YANG BELUM DIBANGUN DI YERUSALEM???




Tahun 15 H saat penaklukan Yerusalem, Khalifah Umar Bin Khattab-lah yang menemukan lokasi Batu AsSakhrah dengan bantuan Kaab Al-Ahbar, seorang Imam Tabi'in yang awalnya adalah seorang Rabi Yahudi.


Saat mengunjungi lokasi Bait Allah yang berantakan dan tak terurus, beliau berkata kepada Kaab, "Dimana letak Sakhrah wahai Ka'ab?" lantas Ka'ab menjawab. "Ukurlah beberapa depa dari Wadi Jahannam (Oase Gehenna) Ya Amirul Mu'minin!"


Lantas beliau menemukannya, beliau lalu masuk dari pintu dahulu Rasulullah pernah memasukinya yaitu Babul Magharibah (Bab Ha Mugharabim) dan membersihkan tempat itu dengan selendangnya diikuti oleh umat muslim yang lain. Beliau lalu salat di tempat yang diyakini sebagai tempat salat Nabi Muhammad pada saat Isra Mi'raj, bersama umat muslim yang lain dengan membaca surat Shaad dan surat Al-Israa. Subhanallah.


Khalifah Umar bin Khattab, yang pertama kali menemukan lokasi sesuai sifat-sifat yang digambarkan Nabi Muhammad kepadanya. Abdul Malik bin Marwan kemudian membangun Kubah Shakhrah atau Dome of Rock yang menaungi Ash-Shakhrah (batu yang terletak pada puncak Bukit Moria) yang konon pernah menjadi tempat berpijak Nabi Muhammad ketika mi'raj.

http://www.radio.alfatah.net/2013/10/kedudukan-masjid-al-aqsa-menurut-alquran-dan-alhadits.html

http://www.apakabardunia.com/2014/02/baitul-maqdis-haram-asy-syarif-temple.html

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Semoga bermanfaat untuk kita semua, khususnya umat islam.. Aamiin Allahumma Aamiin 😇

Arief mengatakan...

Baitul maqdis dengan Muqoddas itu berbeda,,, coba pelajari alquran dipahami lagi.... Itu lembah suci thuwa. Saat Musa berbicara pada Allah

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger