Syubhat :
Assalamu Alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Saya pembaca majalah Qiblati dan rubrik yang paling saya sukai adalah yang berkenaan dengan masalah kristenisasi, berhubung saya juga adalah pengajar kristologi di sebuah tadrib ad-duaat di Makassar yang senantiasa mengirim dai-dainya ke daerah misi di wilayah Timur Indonesia.
Saya sering menerima pertanyaan dari pendeta, khususnya mengenai syubhat-syubhat mereka terhadap al-Qur`an. Sementara ini saya sedang menulis buku menjawab pertanyaan para misionaris mengenai keraguan mereka akan ajaran Islam.
Saya pembaca majalah Qiblati dan rubrik yang paling saya sukai adalah yang berkenaan dengan masalah kristenisasi, berhubung saya juga adalah pengajar kristologi di sebuah tadrib ad-duaat di Makassar yang senantiasa mengirim dai-dainya ke daerah misi di wilayah Timur Indonesia.
Saya sering menerima pertanyaan dari pendeta, khususnya mengenai syubhat-syubhat mereka terhadap al-Qur`an. Sementara ini saya sedang menulis buku menjawab pertanyaan para misionaris mengenai keraguan mereka akan ajaran Islam.
Ada satu hal yang belum bisa saya jelaskan yakni mereka mengatakan bahwa dalam al-Qur`an juga terdapat pertentangan ayat. Mereka mencontohkan dalam QS. As-Sajadah: 5.“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”
Menurut misionaris ini bertentangan dengan QS.Al-Maarij: 4, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”.
Dalam ayat 5 QS. As-Sajadah kadar urusan naik ke langit disebutkan sama dengan 1000 tahun sementara dalam ayat 4 QS. Al-Maarij disebutkan 50.000 tahun. Maka bagaimanakah jawabannya? Saftani Muhammad <*******@yahoo.co.id>.
Jawab :
Menurut misionaris ini bertentangan dengan QS.Al-Maarij: 4, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”.
Dalam ayat 5 QS. As-Sajadah kadar urusan naik ke langit disebutkan sama dengan 1000 tahun sementara dalam ayat 4 QS. Al-Maarij disebutkan 50.000 tahun. Maka bagaimanakah jawabannya? Saftani Muhammad <*******@yahoo.co.id>.
Jawab :
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Pertama, saya sampaikan salam kepada Anda dan para saudara yang bersama Anda atas peran Anda dalam memberikan hidayah kepada manusia dan menghadapi usaha pemurtadan para misionaris. Mudah-mudahan Allah membalas Anda dengan sebaik-baik balasan.
Sesungguhnya dua ayat tersebut menjelaskan bahwa ukuran sehari di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dua macam.
Macam yang pertama, maka ayat pada surat al-Ma’arij (70) tersebut berbicara tentang kejadian hari kiamat dan kedahsyatannya. Ayat-ayat tersebut berbicara tentang hari kiamat dan kedahsyatannya, dan apa yang terjadi padanya dari kejadian-kejadian besar, dan tanda-tanda kekuasaan yang jelas. Termasuk bagian dari kedahsyatannya adalah panjangnya hari tersebut yang menyamai lima puluh ribu tahun dari tahun dunia. Dan ayat tersebut adalah ayat keempat dari surat al-Ma’arij (70), dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa, orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik. Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (mungkin terjadi). Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak, dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang berterbangan), dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya,..” (QS. Al-Ma’arij: 1-10).
Dan yang menunjukkan atasnya adalah hadits Abu Hurairah Radiallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak ada pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan darinya haknya, kecuali jika pada hari kiamat akan dilempengkan untuknya lempengan-lempengan dari api neraka, lalu dia dipanggang di atas api neraka Jahannam, kemudian dicoskan ke lambungnya, kening dan punggungnya. Setiap kali menjadi dingin, maka dikembalikan lagi, pada satu hari yang kadarnya adalah lima puluh ribu tahun. Hingga diputuskan antara para hamba lalu dia melihat jalannya, apakah ke sorga ataukah ke neraka.” (HR. Muslim (987)).
Ibnu ‘Abbas Radiallahu Anhuma berkata, ‘Ini adalah hari kiamat, Allah menjadikannya atas orang-orang kafir seukuran lima puluh ribu tahun.’ (Diriwayatkan at-Thobariy di Jami’ul Bayan (23/602)).
Macam yang kedua; yaitu ayat-ayat yang tidak berbicara tentang panjangnya hari kiamat, akan tetapi berbicara tentang panjangnya hari-hari yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ukurannya dibandingkan dengan hari-hari dunia yang kita menghitungnya adalah hari-hari yang Allah mengadakan makhluk dan mengaturnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa satu hari disisi-Nya setara dengan seribu tahun dari hari-hari kita ini. Hal itu juga datang dalam surat al-Hajj (22), pada ayat ke 47, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Hajj: 47).
Juga datang pada surat as-Sajdah (32), pada ayat kelima, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu yang demikian itu ialah Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS. As-Sajdah (32): 5-6).
Dan tampak dengan jelas pada bentuk kedua ayat tersebut bahwa pembicaraan di dalamnya adalah tentang hari-hari Allah yang di dalamnya terdapat penciptaan dan pengaturan-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifatinya dengan menyatakan bahwa ukurannya mencapai seribu tahun dari hari-hari dunia.
Dengan ini, menjadi jelaslah kedua macam bentuk yang lalu dari ayat-ayat tersebut hanyalah berbicara tentang hari-hari yang berbeda, bukan hari-hari yang satu. Maka hari yang ada pada ayat al-Ma’arij (70) adalah hari pada hari kiamat, dan ukurannya adalah lima puluh ribu tahun, adapun hari pada dua ayat surat al-Hajj (22) dan as-Sajdah (32) adalah hari di sisi Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurusi berbagai perkara di dalamnya, dan ukurannya adalah seribu tahun.
Dari sini jelas, bahwa tidak ditemukan kontradiksi di antara ayat-ayat tersebut, akan tetapi kontradiksi itu ada pada akal-akal para pendeta Nasrani yang menyangka bahwa al-Qur’an yang mulia seperti kitab-kitab suci mereka yang harus ada kontradiksi sebagian terhadap sebagian yang lain.*.
http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/
Pertama, saya sampaikan salam kepada Anda dan para saudara yang bersama Anda atas peran Anda dalam memberikan hidayah kepada manusia dan menghadapi usaha pemurtadan para misionaris. Mudah-mudahan Allah membalas Anda dengan sebaik-baik balasan.
Sesungguhnya dua ayat tersebut menjelaskan bahwa ukuran sehari di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dua macam.
Macam yang pertama, maka ayat pada surat al-Ma’arij (70) tersebut berbicara tentang kejadian hari kiamat dan kedahsyatannya. Ayat-ayat tersebut berbicara tentang hari kiamat dan kedahsyatannya, dan apa yang terjadi padanya dari kejadian-kejadian besar, dan tanda-tanda kekuasaan yang jelas. Termasuk bagian dari kedahsyatannya adalah panjangnya hari tersebut yang menyamai lima puluh ribu tahun dari tahun dunia. Dan ayat tersebut adalah ayat keempat dari surat al-Ma’arij (70), dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
سَأَلَ سَائِلٌ بِعَذَابٍ وَاقِعٍ (١) لِلْكَافِرينَ لَيْسَ لَهُ دَافِعٌ (٢) مِنَ اللَّهِ ذِي الْمَعَارِجِ (٣) تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ (٤) فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلا (٥) إِنَّهُمْ يَرَوْنَهُ بَعِيدًا (٦) وَنَرَاهُ قَرِيبًا (٧) يَوْمَ تَكُونُ السَّمَاءُ كَالْمُهْلِ (٨) وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ (٩) وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا (١٠)
Dan yang menunjukkan atasnya adalah hadits Abu Hurairah Radiallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
« مَا مِنْ صَاحِبِ ذَهَبٍ وَلَا فِضَّةٍ لَا يُؤَدِّي مِنْهَا حَقَّهَا إِلَّا إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ صُفِّحَتْ لَهُ صَفَائِحُ مِنْ نَارٍ ، فَأُحْمِيَ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ ، فَيُكْوَى بِهَا جَنْبُهُ وَجَبِينُهُ وَظَهْرُهُ ، كُلَّمَا بَرَدَتْ أُعِيدَتْ لَهُ ، فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ ، حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ الْعِبَادِ فَيَرَى سَبِيلَهُ إِمَّا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِمَّا إِلَى النَّارِ »
Ibnu ‘Abbas Radiallahu Anhuma berkata, ‘Ini adalah hari kiamat, Allah menjadikannya atas orang-orang kafir seukuran lima puluh ribu tahun.’ (Diriwayatkan at-Thobariy di Jami’ul Bayan (23/602)).
Macam yang kedua; yaitu ayat-ayat yang tidak berbicara tentang panjangnya hari kiamat, akan tetapi berbicara tentang panjangnya hari-hari yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ukurannya dibandingkan dengan hari-hari dunia yang kita menghitungnya adalah hari-hari yang Allah mengadakan makhluk dan mengaturnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa satu hari disisi-Nya setara dengan seribu tahun dari hari-hari kita ini. Hal itu juga datang dalam surat al-Hajj (22), pada ayat ke 47, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Juga datang pada surat as-Sajdah (32), pada ayat kelima, dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
دَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ – ذَلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
Dan tampak dengan jelas pada bentuk kedua ayat tersebut bahwa pembicaraan di dalamnya adalah tentang hari-hari Allah yang di dalamnya terdapat penciptaan dan pengaturan-Nya, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifatinya dengan menyatakan bahwa ukurannya mencapai seribu tahun dari hari-hari dunia.
Dengan ini, menjadi jelaslah kedua macam bentuk yang lalu dari ayat-ayat tersebut hanyalah berbicara tentang hari-hari yang berbeda, bukan hari-hari yang satu. Maka hari yang ada pada ayat al-Ma’arij (70) adalah hari pada hari kiamat, dan ukurannya adalah lima puluh ribu tahun, adapun hari pada dua ayat surat al-Hajj (22) dan as-Sajdah (32) adalah hari di sisi Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mengurusi berbagai perkara di dalamnya, dan ukurannya adalah seribu tahun.
Dari sini jelas, bahwa tidak ditemukan kontradiksi di antara ayat-ayat tersebut, akan tetapi kontradiksi itu ada pada akal-akal para pendeta Nasrani yang menyangka bahwa al-Qur’an yang mulia seperti kitab-kitab suci mereka yang harus ada kontradiksi sebagian terhadap sebagian yang lain.*.
http://alhilyahblog.wordpress.com/2012/01/23/jawaban-tuduhan-tuduhan-buruk-kaum-nasrani-dan-orang-orang-kafir-terhadap-islam-bag-1/
0 komentar:
Posting Komentar