Azab Kubur : Membela Prinsip Ahli Sunnah

Pengantar
Ajaran Islam sedikitnya terbagi kepada tiga bagian besar; akidah, ibadah dan akhlak. Pembagian ini berdasar pada perbedaan karakteristik bahasan, urgensitas dan konsekwensi-konsekwensi setiap bagiannya. Pembagian ajaran kepada tiga terma ini sedikit banyak telah mewakili cakupan ajaran Islam yang begitu luas. Dari ketiga bagian tersebut, terma akidah membahas tema-tema paling krusial dalam Islam. Inti dan pokok-pokok yang membangun ajaran Islam dikategorikan sebagai persoalan akidah yang memiliki konsekwensi-konsekwensi signifikan dalam kehidupan beragama seseorang.

Itulah sebabnya, persoalan akidah mendapat perhatian khusus dalam Islam. Kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada manusia berupa hal-hal yang harus diimani dalam hati menjadi awal dari segala bentuk ketaatan dan ketundukan, sebelum kewajiban-kewajiban dalam bentuk amal-amal zahir anggota badan. Kerancuan dalam konsep akidah yang seharusnya diyakini tersebut, akan berakibat fatal dan bahkan bisa merontokkan seluruh prinsip Islam.

Penyelewengan dalam akidah memang tidak selalu berakibat lucutnya keislaman seseorang. Konsekwensi kesesatan yang ditimbulkan dari penyelewengan akidah tergantung kepada bentuk dan jenis permasalahannya. Sebagiannya bisa berakibat kekafiran dan sebagiannya lagi tidak.

Keimanan sebagai inti yang mendasari keberlangsungan beragama seseorang, seperti yang sering Allah ungkapkan dalam kitab-Nya, sangat mengandaikan ketundukan dan penerimaan yang total terhadap seluruh ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Inilah sikap yang kelak akan sejalan dengan konsep akidah yang benar, yang akan menyelamatkan manusia dari kehancuran. Setiap muslim dituntut menerima dengan segenap keyakinan apapun yang Allah tetapkan dan tanpa ragu menanggalkan segala bentuk penolakan, apapun alasannya, hingga jika hal tersebut bertentangan dengan akal dan keinginan hatinya.

Tulisan sederhana ini akan membahas salah satu substansi akidah yang cukup penting. Ketetapan seputar azab kubur dan persoalan yang melingkupinya akan menjadi fokus bahasan tulisan ini. Dalam tulisan singkat ini, penulis hanya berusaha menyusun kembali beberapa hujjah dalam penetapan azab kubur, baik dalam Al-Quran dan Sunnah, serta menukilkan perkataan dan komentar para ulama ahli sunnah dengan mengacu kepada sumber-sumber buku akidah mereka.

Madzhab Ahli Sunnah
Ahli sunnah wal jamaah meyakini bahwa azab kubur atau kenikmatan di dalamnya akan benar-benar terjadi dan dirasakan oleh setiap manusia ketika ia meninggal dunia. Ini termasuk salah satu keyakinan yang wajib diimani sebagai wujud ketaatan beragama. Orang-orang yang beriman akan mendapatkan kenikmatan di dalam kuburnya, sedangkan orang-orang yang mendustakan Allah kelak di kuburnya akan merasakan siksaan.

Mereka meyakini bahwa kenikmatan atau azab yang dirasakan oleh manusia akan terjadi atas jasad dan ruhnya sekaligus. Tentang hal ini,
  • Ibnu Abi al-Izz dalam ”Syarh al Thahawiyah” mengatakan, “pertanyaan dalam alam kubur tidak hanya akan terjadi pada ruh saja sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Hazm dan yang lainnya. Lebih buruk lagi orang yang berkata bahwa itu akan terjadi hanya untuk jasad saja tanpa ruh. Hadis-hadis yang shahih membantah kedua pendapat tersebut. Begitu juga azab kubur, itu akan menimpa jiwa sekaligus jasad. Ahli sunnah wal jamaah sepakat bahwa ruh akan merasakan nikmat atau siksa secara menyendiri namun berhubungan dengan jasad”. Ia juga berkata, “ketahuilah, azab kubur adalah azab di alam barzakh. Setiap orang yang mati, ia akan mendapatkan azab sesuai bagiannya, baik ia di kubur atau tidak. Orang yang dimakan binatang buas, atau terbakar hingga menjadi abu dan terbang di udara, atau tenggelam di laut akan merasakan azab yang juga dirasakan oleh orang yang dikubur”
  • Al Hafidz Ibnu Abdil Barr mengatakan, “ruh mayit akan dikembalikan kepada jasadnya dan ditanya di dalam kuburnya tentang tuhan, agama dan nabinya. Kemudian datang dua malaikat penguji yang Allah utus untuk menguji orang-orang yang ragu dan mengokohkan orang-orang mukmin. Ketika ruhnya dikembalikan, tidak boleh diingkari bahwa si mayyit akan mendengar suara orang-orang yang berlalu setelah menguburkannya. Hal ini kita katakan bukan berdasarkan qiyas dan rasio, namun mengikuti atsar-atsar mutawatir yang diterima dari lisan orang-orang yang terpercaya yang berbeda negri dan saling berjauhan. Seluruhnya menukilkan atsar-atsar shahih tentang tetapnya fitnah kubur dari segi naql dan tidak ada yang menolaknya kecuali mubtadi’ (ahli bid’ah)”
  • Abu Bakar al Marwazi dalam “thabaqat al hanabillah” mengatakan, “Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hanbal) mengatakan kepada kami, “azab kubur adalah benar, tidak ada yang mengingkarinya kecuali ia sesat dan menyesatkan”.
Dalil Al-Quran
Kenikmatan dalam kubur dan azabnya ditetapkan oleh Allah dalam Al-Quran. Walaupun keduanya tidak disebutkan secara terang dalam Al-Quran, namun beberapa ayat dalam Al-Quran ditafsirkan oleh para ulama baik dari kalangan shahabat, tabiin dan yang lainnya sebagai ketetapan azab kubur. Bahkan, sebagian penafsirannya terdapat dalam hadis Rasulullah secara marfu’.

Diantaranya adalah:
  1. At-Taubah ayat 101. “Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar”. Mereka mengatakan bahwa yang dua kali itu adalah terbunuh dan azab kubur (al Thabrani) Sebagian mereka mengatakan, rasa lapar dan azab kubur (lihat tafsir Al-Thabari, Qurthubi, Ibnu Katsir dan Al-Baghawi)
  2. Thaha ayat 124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”. Penghidupan yang sempit mereka tafsirkan dengan azab kubur. Dalam sebuah riwayat penafsiran ini datang secara marfu’ dari Rasulullah (HR. Ibnu Hibban & Hakim).
  3. Ibrahim ayat 27. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. Mereka mengatakan ayat turun berbicara mengenai azab kubur. Penafsiran ini juga terdapat dalam sebuah hadis dari Barra ibn Azib riwayat Bukhari dan Muslim.
  4. Al-An’am ayat 93. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu” Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.
  5. Ghafir ayat 45-46. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”.
  6. At-Thur ayat 45-47. Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikitpun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”.Yang dimaksud azab yang lain ialah adanya musim kemarau, kelaparan malapetaka yang menimpa mereka, azab kubur dan lain-lain.
Dalil Sunnah
Ibnu Abdil Barr berkata, “Adapun hadis-hadis Nabi mengenai azab kubur hampir tidak terhitung jumlahnya, diriwayatkan secara mutawatir dan shahih. Begitu juga atsar-atsar dari para sahabat dan tabiin sangat banyak dan terkenal. Wajib bersandar kepada semua riwayat itu”. Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa hadis-hadis tentang azab kubur dan pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir sangat banyak dan mencapai derajat mutawatir.

Diantaranya:
  1. Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kubur dan berkata, “sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Keduanya tidak disiksa karena hal yang besar. Yang satu karena ia tidak bersuci setelah buang air kecil dan yang satunya lagi suka berbuat namimah” kemudian Rasul mengambil satu batang ranting pohon basah dan mematahkannya menjadi dua bagian kemudian berkata, “mudah-mudahan ini bisa meringankan keduanya selama belum mengering” (HR. Bukhari & Muslim)
  2. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “jika kalian telah selesai dari tasyahhud akhir, maka berlindunglah kepada Allah dari empat pekara; dari azab jahannam, azab kubur, fitnah hidup dan kematian serta fitnah al masih Dajjal” (HR. Muslim & Ashhab Sunan)
  3. Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa ini sebagaimana beliau mengajarkan surat dalam Al-Quran, “Ya Allah, sesugguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab jahannam dan berlindung kepadaMu dari azab kubur, berlindung kepadaMu dari fitnah hidup dan kematian serta berlindung kepadaMu dari fitnah al masih Dajjal” (HR. Muslim dan yang lainnya)
  4. Dari Abu Ayyub, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar saat matahari terbenam, kemudian mendengar sebuah suara dan berkata, “Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya” (HR. Bukhari & Muslim)
  5. Dari Aisyah, ia berkata, saya bertamu pada seorang kakek yahudi madinah. Ia berkata bahwa ahli kubur disiksa dalam kubur mereka. Aisyah berkata, maka saya mendustakannya dan tidak membenarkannya. Kemudian saya keluar dari rumah orang itu dan Rasulullah datang kepadaku, kemudian Aisyah berkata, “wahai Rasulullah, seorang kekek yahudi madinah mengatakan bahwa ahli kubur akan diazab di kubur mereka. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “benar! Sesungguhnya mereka disiksa dengan siksaan yang didengar oleh binatang seluruhnya” Aisyah berkata, “maka saya tidak melihatnya setelah itu dalam shalat kecuali beliau berlindung dari azab kubur” (HR. Bukhari & Muslim)
  6. Dari Al-Barra ibn ‘Azib bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “seorang muslim jika ditanya dikuburnya, ia akan bersaksi bahwa tidak ada yang disembah dengan hak kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah. Itu adalah firman Allah, Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki ” (Ibrahim : 27)
  7. Dari Qatadah, dari Anas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya mayit jika diletakkan dalam kuburnya dan orang-orang yang menguburkannya telah berlalu, ia akan mendengar suara terompah mereka. Kemudian datang dua malaikat dan mendudukannya seraya berkata kepadanya, “apa yang kamu katakan tentang lelaki bernama Muhammad? Orang mukmin akan berkata, “saya bersaksi bahwa ia adalah hamba dan rasul Allah. Kemudian berkata, “lihatkah tempatmu di neraka, sesungguhnya Allah telah menggantinya dengan tempat di surga” Rasulullah bersabda, “maka ia melihat keduanya”. Qatadah berkata, “ia berkata kepada kami bahwa kelak ia dikuburnya akan diluaskan seluas tujuh puluh hasta dipenuhi dengan padang hijau hingga hari mereka dibangkitkan” Kemudian Qatadah kembali lagi kepada hadis Anas dan berkata, “adapun orang kafir dan munafik, kedua malaikat itu berkata, apa yang kamu katakan tentang lelaki itu?” Ia berkata, saya tidak tahu, saya berkata seperti orang-orang berkata. Maka kedua malaikat berkata, “kamu tidak tahu dan tidak mengikuti” kemudian ia dipukul dengan palu dari besi antara dua telinganya hingga menjerit, jeritannya didengar oleh makhluk selain jin dan manusia” (HR. Bukhari & Muslim).
Penutup
Itulah secara ringkas dalil dan perkataan para ulama yang penulis kumpulkan tentang ketetapan azab kubur yang oleh sementara orang digugat keberadaannya. Diantaranya dengan alasan bahwa hadis-hadis tentang azab kubur itu tertolak karena bertentangan dengan al-Quran. Sungguh ini adalah metode absurd yang sejak lama dipakai oleh orang-orang muktazilah dan yang lainnya. Mereka kerap mempertentangkan antara al-Quran dan Sunnah untuk membatalkan beberapa keyakinan yang tetap dengan Sunnah shahihah.

Pada hakikatnya, mereka hanya ingin mengikuti hawa nafsu dan pemikiran sendiri. Tidak mau tunduk kepada sunnah, kepada wahyu yang Allah turunkan melalui lisan Nabi-Nya. Akal merekalah yang sebenarnya bertentangan. Bukan kedua wahyu Allah (Al-Quran dan Sunnah), sebagaimana yang mereka sangka. Tidak ada pertentangan antara keduanya, walhamdulillah.

Abu Khaleed.

sumber : http://sabilulilmi.wordpress.com/2010/03/27/azab-kubur-membela-prinsip-ahli-sunnah/


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger