Keutamaan 3 Surah Ruqyah

Allah Ta’ala berfirman:
 
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
 
“Sungguh Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang berulang-ulang dan Al-Qur`an yang agung.” (QS. Al-Hijr: 87).
 
Dari Abu Said bin Al-Mu’alla radhiallahu anhu dia berkata:

كُنْتُ أُصَلِّي، فَدَعانِي النبيُّ صلى الله عليه وسلم فَلَمْ أُجِبْهُ. قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ إِنِّي كُنْتُ أصلي، 
قالَ: أَلَمْ يَقُلِ اللهُ: { اسْتَجِيبُواْ لِلّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُم }؟ ثُمَّ قال: أَلآ أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُوْرَةٍ فِي القرآنِ قَبْلَ
أَنْ تَخْرُجَ مِنَ الْمَسْجِدِ؟
 فَأَخَذَ بِيَدِي. فَلَمّا أَرَدْنا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ إِنَّكَ قُلْتَ: لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سورةٍ في القرآنِ،
قالَ: { الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } هِيَ السَّبْعُ الْمَثانِي وَالقرآنُ الْعَظِيْمُ الَّذِي أُوْتِيْتُهُ.


“Aku pernah shalat lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam memanggilku akan tetapi aku tidak mendatangi beliau. Setelah itu saya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi saya sedang shalat.” Maka beliau bersabda, “Bukankah Allah berfirman, “Penuhilah Allah dan Rasul-Nya jika dia memanggil kalian.”? Kemudian beliau bersabda, “Inginkan kamu aku ajarkan surah yang teragung dalam Al-Qur`an sebelum kamu keluar dari masjid?” Lalu beliau memegang tanganku. Tatkala kami akan keluar, aku berkata, “Wahai Rasulullah, tadi engkau berkata, “Sungguh aku akan mengajarkan kepadamu surah yang teragung dalam Al-Qur`an.” Beliau menjawab, “ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN,” surah (Al-Fatihah) inilah tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan merupakan Al-Qur`an Al-Azhim yang diberikan kepadaku.” (HR. Al-Bukhari no. 5006).
 
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda: Allah Ta’ala berfirman:

قُسِمَتِ الصَّلاةُ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي ما سَأَلَ. فَإِذا قالَ الْعَبْدُ: { الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 
قالَ اللهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي، وإذا قال: { الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ} قال اللهُ: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، فإذا قال: { مَـلِكِ يَوْمِ الدِّينِ
 قال اللهُ: مَجَّدَنِي عَبْدِي، وإذا قال: { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ }قال: هَذا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي ما سَأَلَ،
 وإذا قال: { اهدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ. غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
 قال: هَذا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي ما سَأَلَ.
 
“Shalat (Al-Fatihah) dibagi antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta. Jika hamba membaca, “Segala pujian hanya untuk Allah Rabb alam semesta,” Allah berfirman, “Hambaku telah memujiku.” Jika dia membaca, “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,” Allah berfirman, “Hambaku kembali memuji-Ku.” Jika dia membaca, “Penguasa hari pembalasan,” Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyanjungku.” Jika dia membaca, “Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan,” Allah berfirman, “Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta.” Dan jika dia membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan nikmat kepada mereka. Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat,” Allah berfirman, “Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 395).
 
Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu dia berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda kepada para sahabat beliau:

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَ القرآنِ فِي لَيْلَةٍ؟ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقالُوا: أَيُّنا يُطِيْقُ ذَلِكَ يا رسولَ الله؟
فَقالَ: اَلْواحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُ القرآنِ.

“Apakah kalian sanggup membaca sepertiga Al-Qur`an dalam satu malam?” Maka hal itu memberatkan mereka sehingga mereka berkata, “Wahai Rasulullah, siapa di antara kami yang sanggup melakukannya?” Maka beliau bersabda, “Al-Wahid Ash-Shamad (surah Al-Ikhlas) adalah sepertiga Al-Qur`an.” (HR. Al-Bukhari no. 5014).
 
Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوْبَةٍ, لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ
 
“Barangsiapa yang membaca ayat kursi di akhir setiap shalat wajib, maka tidak ada yang menghalangi dia untuk masuk surga kecuali kematiannya.” (HR. An-Nasai dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 972).
 
Penjelasan ringkas:
Berikut beberapa keutamaan Al-Fatihah yang tersebut dalam semua dalil di atas dan selainnya:
 
(1). Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang wajib dibaca berulang-ulang setiap harinya. Karena membaca surah ini adalah rukun shalat secara mutlak, baik pada shalat jahriyah maupun sirriyah, baik yang shalat sendiri maupun yang berjamaah, baik atas imam maupun atas makmum.
Karenanya dalam hadits Abu Hurairah di atas diterangkan bahwa nama lain dari Al-Fatihah adalah shalat. Hal itu karena memang tidak ada shalat tanpa Al-Fatihah. Sehingga walaupun seorang membaca 113 surah lainnya dalam shalatnya maka shalatnya tidak akan syah sampai dia membaca Al-Fatihah.
 
(2). Dia merupakan surah yang termulia dan teragung dalam Al-Qur`an.
(3). Dia (Al-Fatihah) adalah bacaan ruqyah yang sangat berpengaruh, sebagaimana yang tersebut dalam hadits Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu.

(4). Surah Al-Fatihah terkandung banyak makna-makna yang agung, di antaranya:
  1. Di dalamnya terkumpul ketiga jenis tauhid: Tauhid rububiah pada ayat ‘ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN’. Tauhid uluhiah pada ayat ‘IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN’. Dan tauhid al-asma` wa ash-shifat pada ayat ‘ARRAHMANIRRAHIM, MALIKI YAUMIDDIN’.
  2. Di dalamnya terkumpul ketiga rukun ibadah, yaitu mahabbah, raja`, dan khauf: Mahabbah (cinta) pada ayat ‘ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN’. Hal itu karena tidak mungkin kita memuji Allah kalau kita tidak mencintai-Nya. Karena kecintaan itu akan melahirkan pujian kepada siapa yang dicintai. Raja` (harapan) pada ayat ‘ARRAHMANIRRAHIM’. Karena tatkala kita mengetahui Allah mempunyai sifat rahmat yang maha luas lagi sampai ke seluruh makhluk-Nya, maka harapan kita pasti hanya akan tertuju kepada-Nya. Khauf (takut) pada ayat ‘MALIKI YAUMIDDIN’. Karena ketika kita mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya penguasa pada hari kiamat, maka itu akan melahirkan takut yang luar biasa kepada-Nya. Setelah ketiga perasaan ini ada, barulah Allah menyinggung tentang ibadah, “IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN.”
  3. Di dalamnya terkumpul dua syarat diterimanya ibadah, yaitu ikhlas dan mutaba’ah: Ikhlas sangat jelas nampak pada ayat ‘IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN’. Sementara mutaba’ah (sesuai sunnah) terdapat pada ayat ‘SHIRATALLADZINA AN’AMTA ALAIHIM’, karena manusia yang paling pertama yang masuk dalam kategori mereka yang mendapatkan nikmat adalah para nabi dan para sahabat mereka.
  4. Di dalamnya diingatkan bahwa walaupun ibadah itu dilakukan oleh hamba, akan tetapi tetap tidak terlepas dari bantuan Allah Ta’ala. Karena seandainya tanpa bantuan-Nya, jangankan beribadah, berkedip saja mereka tidak akan bisa. Ini Allah ingatkan ketika menggandengkan antara ibadah dengan permintaan tolong dalam ayat ‘IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN’.
  5. Di dalamnya tersebut pembagian manusia dalam beribadah kepada Allah:
  • Orang yang beribadah kepada Allah atas dasar ilmu dan amalan. Ini disebutkan pada ayat ‘SHIRATALLADZINA AN’AMTA ALAIHIM’.
  • Orang yang hanya beribadah sesuai dengan hawa nafsu mereka, dimana mereka hanya beribadah jika ibadah itu mampu mereka lakukan. Akan tetapi jika ibadah itu bertentangan dengan hawa nafsu mereka maka mereka akan meninggalkan ibadah itu, padahal mereka telah mempunyai ilmu terhadap ibadah tersebut. Ini yang dimaksud pada ayat ‘GHAIRIL MAGHDHUBI ALAIHIM’.
  • Orang yang sangat semangat dalam beribadah dan sama sekali tidak mengikutkan ibadah kepada keinginan pribadinya. Hanya saja setan menggelincirkan mereka sehingga mereka melakukan ibadah-ibadah yang tidak ada contohnya, sehingga merekapun beribadah di atas kejahilan. Inilah yang dimaksud dalam ayat ‘WALADHDHALIN’.
(5). Karena semua kandungan ini dan selainnya, maka sangat wajar kalau surah Al-Fatihah merupakan doa yang paling utama karena telah mengumpulkan semua kebaikan yang diinginkan.

Adapun surah Al-Ikhlas maka pahala membacanya setara dengan membaca 1/3 Al-Qur`an. Para ulama menjelaskan bahwa: Al-Qur`an itu berisi 3 perkara yaitu tauhid, hukum-hukum, dan kisah-kisah. Tatkala semua jenis tauhid sudah tercakup dalam surah Al-Ikhlas maka disebutlah dia setara dengan 1/3 Al-Qur`an.

Sementara ayat kursi, maka cukuplah menunjukkan keutamaannya bahwa pembacanya akan masuk surga setelah dia meninggal. Dan juga disebutkan dalam hadits Ubay bin Ka’ab riwayat Muslim no. 810, bahwa dia merupakan ayat yang teragung dalam Al-Qur`an.



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger