Judul Kajian.
Putus Asa dan Malas Bukan Bagian Hidup Seorang Muslim.
Pemateri.
Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc Hafidzahullohu.
(Da’i Islamic Center Dammam Saudi Arabia).
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan didalam firman-Nya, Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan (Q.s. al-Baqarah/2: 148).
Dengan demikian, jelaslah bahwa tugas seorang Muslim di dunia ini ialah memperbekali diri dengan amal shaleh sebanyak-banyaknya, berusaha menjadi orang yang pertama dan paling gesit dalam setiap amal shaleh layaknya Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dan merindukan beramal shaleh pada setiap saat dan di setiap tempat.
Hanya saja, seorang Muslim tidak selalu mulus dalam menjalankan amal di setiap harinya. Ada saja aral melintang yang menjadi penghalang pelaksanaannya. Terkadang, halangan itu justru muncul dari dalam dirinya yang bernama sifat malas.
Oleh karena itu, penyakit hati ini tidak boleh dikesampingkan bahayanya. Apalagi penyebutan sifat ini dua kali dalam al-Qur`ân hanya menyangkut kaum munâfiqîn. Bila dibiarkan berjangkit, seiring dengan perjalanan waktu, akan mengakar pada jiwa seseorang. Jadilah ia seorang pemalas, yang enggan menyibukkan diri dengan ibadah (urusan akherat) dan pekerjaan (urusan duniawi), meskipun ia mengetahui akan menuai kerugian yang nyata kelak. Di saat kebanyakan orang semangat beramal shaleh pada musim-musim kebaikan, ia hanya duduk berdiam diri menghabiskan waktu dalam tidur, omongan nglantur ataupun lamunan panjang yang tak terukur.
Demikianlah, seorang pemalas sebenarnya sanggup beraktifitas, akan tetapi tidak melakukannya sebab tiadanya keinginan pada hati orang tersebut. Hak-hak orang pun akan terbengkalai.
Untuk menangkal penyakit hati yang bisa memandulkan potensi kebaikan pada diri seseorang, Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa kepada umat demi keselamatan dari sifat tercela tersebut. Doa yang berisi permohonan kepada Allâh k agar berkenan memberikan perlindungan dari sifat malas.
أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ketidakberdayaan, malas, pengecut dan pikun (HR. Muslim no. 2706).
Barang siapa terbiasa malas, maka akan kehilangan kesempatan untuk istirahat. Padahal Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah membekali dirinya kekuatan untuk bergerak dan beraktifitas agar potensi tenaga dan kekuatan tersebut bisa dipergunakan dengan semestinya. Apabila tidak dimanfaatkan, maka keberadaan kekuatan pada seorang pemalas menjadi mandul lagi tidak berguna, sebagaimana bila tidak dipergunakan untuk berpikir akan mengalami kebekuan dan tumpul.
Wallâhu a’lam.
Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com dari kumpulan naskah Majalah As-Sunnah.
sumber : http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/09/23/muslim-tidak-malas/
Putus Asa dan Malas Bukan Bagian Hidup Seorang Muslim.
Pemateri.
Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc Hafidzahullohu.
(Da’i Islamic Center Dammam Saudi Arabia).
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan didalam firman-Nya, Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan (Q.s. al-Baqarah/2: 148).
Dengan demikian, jelaslah bahwa tugas seorang Muslim di dunia ini ialah memperbekali diri dengan amal shaleh sebanyak-banyaknya, berusaha menjadi orang yang pertama dan paling gesit dalam setiap amal shaleh layaknya Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dan merindukan beramal shaleh pada setiap saat dan di setiap tempat.
Hanya saja, seorang Muslim tidak selalu mulus dalam menjalankan amal di setiap harinya. Ada saja aral melintang yang menjadi penghalang pelaksanaannya. Terkadang, halangan itu justru muncul dari dalam dirinya yang bernama sifat malas.
- Al-kasal (malas) didefinisikan al-Munâwi rahimahullah dengan melalaikan hal-hal yang tidak sepantasnya dilupakan. Oleh karena itu, terhitung sebagai karakter yang tercela. Ar-Râghib rahimahullah menambahkan, akibat dari malas ini, orang akan masuk ke dalam jajaran orang-orang yang sudah mati.
Oleh karena itu, penyakit hati ini tidak boleh dikesampingkan bahayanya. Apalagi penyebutan sifat ini dua kali dalam al-Qur`ân hanya menyangkut kaum munâfiqîn. Bila dibiarkan berjangkit, seiring dengan perjalanan waktu, akan mengakar pada jiwa seseorang. Jadilah ia seorang pemalas, yang enggan menyibukkan diri dengan ibadah (urusan akherat) dan pekerjaan (urusan duniawi), meskipun ia mengetahui akan menuai kerugian yang nyata kelak. Di saat kebanyakan orang semangat beramal shaleh pada musim-musim kebaikan, ia hanya duduk berdiam diri menghabiskan waktu dalam tidur, omongan nglantur ataupun lamunan panjang yang tak terukur.
Demikianlah, seorang pemalas sebenarnya sanggup beraktifitas, akan tetapi tidak melakukannya sebab tiadanya keinginan pada hati orang tersebut. Hak-hak orang pun akan terbengkalai.
Untuk menangkal penyakit hati yang bisa memandulkan potensi kebaikan pada diri seseorang, Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa kepada umat demi keselamatan dari sifat tercela tersebut. Doa yang berisi permohonan kepada Allâh k agar berkenan memberikan perlindungan dari sifat malas.
أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ
Barang siapa terbiasa malas, maka akan kehilangan kesempatan untuk istirahat. Padahal Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah membekali dirinya kekuatan untuk bergerak dan beraktifitas agar potensi tenaga dan kekuatan tersebut bisa dipergunakan dengan semestinya. Apabila tidak dimanfaatkan, maka keberadaan kekuatan pada seorang pemalas menjadi mandul lagi tidak berguna, sebagaimana bila tidak dipergunakan untuk berpikir akan mengalami kebekuan dan tumpul.
Wallâhu a’lam.
Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com dari kumpulan naskah Majalah As-Sunnah.
sumber : http://salafiyunpad.wordpress.com/2011/09/23/muslim-tidak-malas/
0 komentar:
Posting Komentar