Tanda Tanda Kecil Kiamat (39) : Lalai Dalam Melaksanakan Ajaran Islam

Oleh Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil.

39. LALAI DALAM MELAKSANAKAN IBADAH-IBADAH SUNNAH YANG SANGAT DIANJURKAN OLEH ISLAM.

Di antaranya adalah lalai dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَمُرَّ الرَّجُلُ بِالْمَسْجِدِ، لاَ يُصَلِّي فِيْهِ رَكْعَتَيْنِ.

‘Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah seseorang melintas di dalam masjid, dia tidak melakukan shalat dua raka’at di dalamnya.’” [1]. Dan dalam satu riwayat:

أَنْ يَجْتَازَ الرَّجُلُ بِالْمَسْجِدِ، فَلاَ يُصَلِّي فِيْهِ.

“Seseorang melintas di dalam masjid, lalu dia tidak melakukan shalat di dalamnya.”  [2]. Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata:

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدُ طُرُقًا.

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah masjid-masjid dijadikan sebagai jalan-jalan. [3].

Dan diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu, beliau memarfu’kannya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau berkata:

إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ أَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدُ طُرُقًا.

“Sesungguhnya di antara tanda-tanda Kiamat adalah masjid-masjid dijadikan sebagai jalan-jalan.” [4].

Perkara ini tidak boleh dilakukan, karena mengagungkan masjid termasuk mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah [5] (شَعَائِرُ الله) dan termasuk tanda keimanan juga ketakwaan, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

... Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [Al-Hajj: 32].

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يَرْكَعَ رَكْعَتَيْنِ.

“Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk hingga melakukan shalat dua raka’at. [6].

Di antara bencana paling besar adalah dijadikannya masjid sebagai tempat wisata bagi kaum kuffar, padahal sebelumnya ia adalah tempat untuk berdzikir dan beribadah, dan hal ini terjadi pada masa sekarang ini, sebagaimana terjadi di sebagian negeri Islam, juga negeri yang berada di bawah kekuasaan orang-orang kafir. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhim.

[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir].
________
Footnote
[1]. Shahiih Ibni Khuzaimah, bab Karaahiyatul Muruur fil Masaajid min Ghairi an Tushalla fiihaa, wal Bayaan annahu min Asyraatis Saa’ah (II/283-284) tahqiq Dr. Muhammad Mushthafa al-A’zhami, cet. al-Maktab al-Islaami, cet. I, th. 1391 H.
Al-Albani mengomentarinya, beliau berkata, “Isnadnya dha’if, akan tetapi baginya atau kebanyakannya memiliki jalan-jalan yang lain.”
Dan diungkapkan dalam kitab as-Silsilah ash-Shahiihah bahwa hadits tersebut memiliki jalan lain dari riwayat Ibnu Mas’ud yang memperkuatnya, lihat (II/253, no. 649).
[2]. HR. Al-Bazzar, dan al-Haitsami menshahihkan riwayat ini dalam Majma’uz Zawaa-id (VII/329).
[3]. Minhatul Ma’buud fi Tartiibi Musnad ath-Thayalisi (II/112), bab Ma Jaa-a fil Fitanillati Takuunu Baini Yadayis Saa’ah (II/212), tartib as-Sa’ati, dan Mustadrak al-Hakim (IV/ 446), beliau berkata, “Hadits ini shahih sanadnya.” Adz-Dzahabi berkata, “Mauquf.”
[4]. Ibid.
[5]. (شَعَائِرُ الله) adalah bentuk jamak dari kata (شَعِيْرَةٌ) maknanya adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai tanda dari tanda-tanda ketaatan kepada Allah. Lihat Tafsiir Ghariibil Qur-aan (hal. 32), karya Ibnu Qutaibah, dengan tahqiq as-Sayyid Ahmad Shaqr, cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut th. 1398 H.
[6]. Shahiih Muslim, kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qashruha, bab Istihbaabu Tahiyyatil Masjiid bi Rak’ataini, wa Karaahiyatil Juluus Qabla Shalaatihima, wa Annaha Masyruu’atun fi Jamii’il Auqaat (V/225-226, Syarh an-Nawawi).

http://almanhaj.or.id/content/980/slash/0/38-41-banyaknya-karya-tulis-lalai-melaksanakan-ibadah-sunnah-banyaknya-kedustaan/


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger