Oleh: Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz.
Tanya:
Seorang imam shalat bersama jamaah tanpa melakukan wudhu terlebih dahulu dikarenakan lupa, bagaimana hukum shalat tersebut pada keadaan-keadaan berikut ini:
1. Apabila dia ingat ketika sedang shalat?
2. Apabila dia ingat setelah salam dan sebelum meninggalkan jamaah?
3. Apabila dia ingat setelah meninggalkan jamaah?
Adapun kalau dia ingat ketika masih dalam keadaan shalat, maka dia mengangkat pengganti untuk menggantikannya menyempurnakan shalat bersama jamaah menurut pendapat para ulama yang paling shahih. Hal ini berdasarkan kisahnya Umar radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau ditikam (dalam keadaan shalat), beliau menunjuk Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu menggantikannya, kemudian Abdurrahman bin ‘Auf menyempurnakan shalat bersama para shahabat dan tidak mengulanginya dari awal.
Sumber: Sifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam & Fatwa-fatwa Penting Tentangnya oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dan Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz (penerjemah: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Abu Hudzaifah, Khoirur-Rijal, dan Alimuddin), penerbit: Maktabah Al-Ghuroba’, Sukoharjo. Pertanyaan no. 55, hal. 425.
22/08/2010
Tanya:
Seorang imam shalat bersama jamaah tanpa melakukan wudhu terlebih dahulu dikarenakan lupa, bagaimana hukum shalat tersebut pada keadaan-keadaan berikut ini:
1. Apabila dia ingat ketika sedang shalat?
2. Apabila dia ingat setelah salam dan sebelum meninggalkan jamaah?
3. Apabila dia ingat setelah meninggalkan jamaah?
- Jawab:
Adapun kalau dia ingat ketika masih dalam keadaan shalat, maka dia mengangkat pengganti untuk menggantikannya menyempurnakan shalat bersama jamaah menurut pendapat para ulama yang paling shahih. Hal ini berdasarkan kisahnya Umar radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau ditikam (dalam keadaan shalat), beliau menunjuk Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu menggantikannya, kemudian Abdurrahman bin ‘Auf menyempurnakan shalat bersama para shahabat dan tidak mengulanginya dari awal.
Sumber: Sifat Shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam & Fatwa-fatwa Penting Tentangnya oleh Syaikh Nashiruddin Al-Albani dan Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz (penerjemah: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib, Abu Hudzaifah, Khoirur-Rijal, dan Alimuddin), penerbit: Maktabah Al-Ghuroba’, Sukoharjo. Pertanyaan no. 55, hal. 425.
22/08/2010
0 komentar:
Posting Komentar