- Maka di sini kami menurunkan keterangan Syaikh Muhammad Shaalih Al-Munajjid hafidzhahullah dalam “Fataawal Islam” nomor 75394 yang merujuk kepada keterangan para Ulama dalam menyoroti amalan-amalan khusus di bulan Rajab.
وأما صوم شهر رجب فلم يثبت في فضل صومه على سبيل الخصوص أو صوم شيء منه حديث صحيح فما يفعله بعض الناس من تخصيص بعض الأيام منه بالصيام معتقدين فضلها على غيرها لا أصل له في الشرع
Beliau menegaskan, “Adapun puasa di bulan Rajab, maka tidak tsabit (tetap) pengkhususan keutamaan puasa di bulan Rajab, atau dengan kata lain tidak berdasarkan hadits-hadits yang berkualitas shahih. Maka amalan-amalan yang dikhususkan oleh sebagian orang pada hari-hari tertentu di bulan ini dengan berpuasa dan disertai keyakinan tentang keutamaannya atas amalan-amalan yang lain, maka itu semua tidak ada asal-usulnya dalam syari’ah.”.
Kemudian beliau melanjutkan, selain itu telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam tentang sunnahnya berpuasa di bulan-bulan haram (dan Rajab termasuk bulan haram). Sebagaimana dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, “Berpuasalah di bulan-bulan haram dan tinggalkanlah..” [HR. Abu Dawud 2428] namun hadits ini diklaim dha’if (dilemahkan) oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah, sebagaimana dalam “Dha’if Abi Dawud”.
Hadits ini –jika seandainya shahih- maka menjadi dalil atas sunnahnya berpuasa di bulan-bulan haram, termasuk dalam hal ini bulan Rajab. Sehingga jika ada yang hendak berpuasa di bulan-bulan haram selain Rajab, maka itu tidak mengapa. Namun perlu dicamkan di sini, bahwa mengkhususkan puasa di bulan Rajab itu tidak diperbolehkan sebagaimana penjelasan di atas.
- Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam Majmu’ Fataawa [25/290] menegaskan:
أما صوم رجب بخصوصه فأحاديثه كلها ضعيفة ، بل موضوعة ، لا يعتمد أهل العلم على شيء منها ، وليست من الضعيف الذي يروى في الفضائل ، بل عامتها من الموضوعات المكذوبات . . . وفي المسند وغيره حديث عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه أمر بصوم الأشهر الحرم : وهي رجب وذو القعدة وذو الحجة والمحرم . فهذا في صوم الأربعة جميعا لا من يخصص رجبا “
“Adapun mengkhususkan puasa di bulan Rajab, maka hal itu semuanya berdasarkan hadits-hadits yang dha’if (lemah), bahkan maudhu’ah (palsu), dimana para Ulama tidak berpegang dengan hadits-hadits tersebut. Dan bukan sekedar dha’if saja riwayat-riwayat yang menerangkan tentang keutamaan-keutamaan puasa di bulan Rajab, bahkan keumumannya berdasarkan riwayat-riwayat yang palsu dan dusta… Kendati demikian dalam Al-Musnad dan selainnya terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam yang memerintahkan puasa di bulan-bulan haram, di antaranya Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram. Dan ini kaitannya dengan berpuasa pada empat bulan secara bersamaan, dan bukan dikhususkan untuk bulan Rajab semata.” [Dinukil secara ringkas].
- Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menegaskan:
كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه فهو كذب مفترى
“Semua hadits yang menyebutkan puasa di bulan Rajab dan shalat pada sebagian malamnya, itu berdasarkan hadits-hadits yang dusta.” [Al-Manaarul Muniif: 96].
- Al-Haafidzh Ibnu Hajar Al-’Asqalaani As-Syaafi’i rahimahullah menegaskan:
لم يرد في فضل شهر رجب ولا في صيامه ولا صيام شيء منه معين ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة
“Tentang keutamaan bulan Rajab dan keutamaan berpuasa padanya dan keutamaan berpuasa pada hari-hari tertentu di dalamnya dan mengkhususkan shalat malam padanya, maka itu semua tidak diriwayatkan berdasarkan hadits yang shahih dan tidak bisa dipakai untuk berhujjah.” [Tabyiinul 'Ajab 11].
- Sayyid Saabiq rahimahullah menegaskan:
وصيام رجب ليس له فضل زائد على غيره من الشهور إلا أنه من الأشهر الحرم ولم يرد في السنة الصحيحة أن للصيام فضيلة بخصوصه وأن ما جاء في ذلك مما لا ينتهض للاحتجاج به
“Berpuasa di bulan Rajab tidaklah memiliki keutamaan yang lebih atas bulan-bulan lainnya, melainkan bulan Rajab itu sebatas bagian dari bulan-bulan haram. Dan tidak diriwayatkan dalam hadits yang shahih bahwa puasa di bulan Rajab memiliki keutamaan yang khusus (istimewa). Sesungguhnya hadits-hadits yang meriwayatkan tentang hal itu tidak dapat dipakai untuk berhujjah dengannya.” [Fiqhus Sunnah 1/383].
- Al-’Allaamah Muhammad bin Shaalih Al-’Utsaimin rahimahullah pernah ditanya mengenai puasa pada hari ke duapuluh tujuh di bulan Rajab serta shalat malam padanya, maka beliau menjawab:
صيام اليوم السابع العشرين من رجب وقيام ليلته وتخصيص ذلك بدعة وكل بدعة ضلالة
“Mengkhususkan amalan puasa pada hari ke duapuluh tujuh dari bulan Rajab dan menunaikan shalat malam padanya adalah bid’ah, dan semua bid’ah itu sesat.” [Majmu' Fataawa 20/440].
Fikri Abul Hasan
0 komentar:
Posting Komentar