Oleh: Asy Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ :
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ .
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ .
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ .
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ،
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُوْنِي .
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ
مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً .
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ
مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً .
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ .
يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ
[رواه مسلم]
Dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam apa yang beliau riwayatkan dari Allah ta’ala, bahwa Dia berfirman,
“Wahai hamba-hambaKu,
sesungguhya Aku telah haramkan kezhaliman atas diriKu, dan Aku telah menetapkannya sebagai sesuatu yang diharamkan di antara kalian, maka jauhilah kalian saling menzhalimi.
Wahai hamba-hambaKu,
kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.
Wahai hambaKu,
kalian semua lapar, kecuali orang yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya untuk kalian.
Wahai hambaKu,
kalian semua telanjang, kecuali orang yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya untuk kalian.
Wahai hambaKu,
sesungguhnya kalian berbuat salah di siang dan di malam hari, sedangkan Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka minta ampunlah kepadaKu, niscaya Aku akan mengampuni kalian.
Wahai hamba-hambaKu,
kalian tidak akan bisa mendatangkan kemudharatan kepadaKu lalu menimpakannya kepadaKu, dan kalian takkan bisa memberikan manfaat kepadaKu lalu kalian memberikannya kepadaKu.
Wahai hamba-hambaKu,
seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, mereka semua berada pada taraf ketakwaan seorang paling tinggi tingkat ketakwaannya di antara kalian, hal itu takkan menambah kerajaanKu sedikit pun. Seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari kalangan bangsa jin dan manusia, mereka semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling tinggi tingkat kedurhakaannya di antara kalian, hal itu takkan mengurangi kerajaanKu sedikit pun.
Wahai hambaKu,
seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, semuanya berdiri di atas tanah yang tinggi, lalu mereka semua meminta kepadaKu, lalu aku penuhi permintaan mereka, untuk yang demikian itu, tidaklah mengurangi apa-apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum jika dimasukkan ke dalam lautan.
Wahai hambaKu,
sesungguhnya itu hanyalah amalan kalian. Aku menghitungnya untuk kalian, kemudian Aku memberikannya secara sempurna kepada kalian, maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapatkan yang selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.
(HR. Muslim).
Asy Syaikh rahimahullah berkata: Hadits ke 24 ini, dari Abu Dzar Al Ghifari dari Nabi, dari apa yang diriwayatkan dari Rabbnya. Hadits ini dan semisalnya dinamakan hadits qudsi. Karena hadits tersebut telah diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, dari Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku telah haramkan kezhaliman atas diriKu.”
- Allah telah menjelaskan dalam hadits ini, bahwa Dia telah mengharamkan kezhaliman atas diriNya. Oleh karena itu, Dia tidak menzhalimi siapa pun, tidak dengan menambah dosa, dan tidak pula mengurangi kebaikan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala.
وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا
“Dan barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shaleh dan dia dalam keadaan beriman, maka dia tidak akan khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan mengurangi haknya.” (Thaahaa: 112).
- Yakni, Aku menetapkan kezhaliman itu sebagai suatu yang haram di antara kalian, maka Dia mengharamkan sebagian kalian menzhalimi sebagian yang lain. Dia subhanahu wata’ala berfirman, “Maka janganlah kalian saling menzhalimi.” Huruf fa’ pada kalimat ini berfungsi untuk merinci apa-apa yang sebelumnya.
“Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.”
- Para hamba semuanya sesat dalam hal keilmuwan dan dalam hal amalan, kecuali orang yang diberi petunjuk oleh Allah. Jika perkaranya demikian, maka yang wajib adalah memohon petunjuk kepada Allah. Oleh karena itu, Dia subhanahu wata’ala berfirman, “maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.” Hidayah (petunjuk) di sini mencakup hidayah ilmu dan hidayah taufiq.
- Perkataan ini seperti perkataan yang sebelumnya, Allah menjelaskan bahwa para hamba seluruhnya lapar, kecuali orang-orang yang diberi makan olehNya. Kemudian Dia memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk meminta makan kepadaNya, agar Dia memberi makan kepada mereka. Hal yang demikian itu, karena Dzat yang mengeluarkan tanaman dan memenuhi ambing-ambing susu hewan adalah Allah. Sebagaimana firmanNya,
لَوْ نَشَاء لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا فَظَلَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ * أَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ * أَفَرَأَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ
“Wahai hambaku, kalian semua telanjang.”
- Yakni, tampak auratnya, kecuali orang yang diberi pakaian oleh Allah dan dimudahkan untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, Dia berfirman, “Kecuali yang Aku berikan pakaian, maka mintalah.”
- Yakni, mintalah pakaian kepadaku, niscaya Aku akan memberikannya untuk kalian, karena pakaian yang dikenakan oleh anak keturunan Adam adalah di antara perbendaharaan yang telah Allah keluarkan dari bumi. Jika Allah menghendaki, hal itu tidak akan mudah untuk didapatkan.
- Sabda beliau ini seperti sabda beliau dalam hadits shahih lainnya,“Setiap bani Adam berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang bertaubat.” (Hasan, dikeluarkan oleh At Tirmidzi di dalam [Shifatul Qiyamah/2499], Ibnu Majah di dalam [Az Zuhd/4251], dan dihasankan oleh Al Albani rahimahullah di dalam Shahihul Jami’ [4515]).
- Manusia berbuat salah di siang dan di malam hari, yakni melakukan kesalahan, yaitu menyelisihi perintah Allah dan rasulNya dengan melakukan hal-hal yang dilarang atau meninggalkan hal yang diperintahkan, akan tetapi kesalahan ini ada obat (penawar)nya, -segala puji bagi Allahlah-, yakni firmanNya, “Mintalah ampun kepadaKu, niscaya Aku akan mengampuni kalian.” Yakni, minta ampunanKu, niscaya Aku akan mengampuni kalian. Maghfirah (ampunan) adalah menutupi kesalahan dan memaafkannya.
- Karena Allah tidak membutuhkan para makhluk. Seandainya seluruh penduduk bumi ini kafir, maka mereka tidak akn dapat mendatangkan kemudharatan sedikit pun kepada Allah. Sebaliknya, jika seluruh penduduk bumi ini beriman, mereka tidak akan dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada Allah. Karena Dia maha cukup, sehingga Dia tidak butuh kepada para makhlukNya.
- Hal itu karena ketaatan orang-orang yang taat, hanyalah bermanfaat bagi dirinya sendiri. Adapun Allah, Dia tidak mengambil manfaat darinya karena Dia tidak butuh kepada hal tersebut. Seandainya seluruh manusia berada pada taraf ketakwaan seorang yang paling tinggi tingkat ketakwaannya, hal itu sedikit pun tidak akan menambah kerajaan Allah.
- Hal itu karena Allah tidak butuh kepada kita. Seandainya manusia dan jin, mereka semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling durhaka di antara kalian, maka hal itu sedikit pun takkan mengurangi kerajaan Allah.
- Hal itu karena sempurnanya kemurahan dan kedermawanan Allah, keluasan apa yang dimilikiNya, karena seandainya Dia memberi setiap manusia permintaan mereka, hal itu tidak mengurangi apa yang dimilikiNya sedikit pun. “Kecuali seperti berkurangnya jarum jika dimasukkan ke dalam lautan.” Ini adalah sebagai penguat tidak berkurangnya kerajaan Allah. Karena telah dimaklumi bahwa jika jarum dimasukkan ke dalam lautan, kemudian jarum itu ditarik kembali, maka lautan itu tidak akan berkurang sedikit pun, karena basah yang menempel pada jarum tersebut tidaklah teranggap apa-apa.
“Wahai hambaKu, sesungguhnya itu hanyalah amalan kalian. Aku menghitungnya untuk kalian.”
- Yakni, Aku persiapkan untuk kalian dan digariskan bagi setiap orang.“.
Kemudian Aku memberikannya secara sempurna kepada kalian, maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, maka hendaklah dia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapatkan yang selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.”
- Bersama dengan itu, Allah akan membalas satu kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya, hingga tujuh ratus kali lipat, hingga kelipatan yang banyak. Sedangkan Dia membalas satu kejelekan dengan yang semisalnya, atau Dia akan mengampuni dan memaafkan dosa-dosa selian syirik. Wallahu a’lam.
Hadits ini adalah hadits yang begitu agung, yakni hadits Abu Dzar Al Ghifari yang diriwayatkan dari Rasulullah dari Rabbnya, bahwa Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku telah haramkan kezhaliman atas diriku.”
Syaikhul Islam rahimahullah telah menjelaskan hadits ini dalam sebuah tulisan yang bagus. (Saya mengatakan [pentakhrij]: dan syarah tersebut berada di dalam Al Fatawa Al Kubra). Hadits ini pun telah disyarah oleh Ibnu Rajab rahimahullah dalam syarah hadits Arba’in An Nawawi.
Faedah yang dapat dipetik dari hadits ini:
1. Riwayat yang telah dinukil Nabi dari RabbNya. Itulah yang dinamakan oleh para ulama dengan hadits qudsi.
2. Allah telah mengharamkan kezhaliman atas diriNya, itu karena kesempurnaan keadilanNya, padahal Dia Maha Kuasa untuk berbuat zhalim, Maha Kuasa untuk mengurangi kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan orang-orang yang berbuat baik, dan Maha Kuasa pula untuk menambah kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat maksiat lebih dari kadar yang dilakukan oleh mereka. Akan tetapi, karena kesempurnaan keadilanNya, Dia haramkan hal itu atas diriNya.
3. Kezhaliman –di antara kita- diharamkan. Rasulullah telah menjelaskan, bahwa kezhaliman itu bisa terjadi dalam hal darah, harta, dan kehormatan. Di mana pada hari raya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, dan kehormatan kalian, diharamkan atas kalian, seperti haramnya hari kalian ini, di bulan kalian ini, dan di negeri kalian ini.” (Shahih, dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Al Ilmu/67/Fath], Muslim di dalam [Al Qisamah/1670/Abdul Baqi]).
4. Manusia pada dasarnya berada di dalam kesesatan dan kebodohan, berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala,
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا
“Dan Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. (An Nahl: 78). Dan firmanNya di dalam hadits ini, “Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.” Pada dasarnya manusia berada di dalam penyimpangan dan kezhaliman.
5. Wajibnya memohon hidayah kepada Allah, berdasarkan firman Allah dalam hadits ini, “Mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.”.
6. Manusia, bahkan seluruh makhluk kelaparan dan sangat membutuhkan makanan, kecuali orang-orang yang diberi makan oleh Allah.
- Konsekuensi dari faedah ini adalah sesungguhnya manusia hanya meminta kepada Rabbnya, dan hanya meminta kepadaNya semata, dan tidak memohon kepada sesama hamba. Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Mintalah makan kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.”.
- Karena itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Maka mintalah pakaian kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya untuk kalian.” Yakni, mintalah pakaian kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya untuk kalian. Allah menyebutkan telanjang setelah menyebutkan makanan. Hal itu tidak lain karena makanan adalah pakaian dalam, sedangkan sandang adalah pakaian untuk yang nampak.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Katakanlah, Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.”(Az Zumar: 53). Konsekuensi dari hal itu, setiap orang (hendaknya) mengetahui kapasitas dirinya. Setiap kali dia bersalah, maka ia meminta ampunan kepada Allah.
9. Dosa-dosa bagaimana pun banyaknya, sesungguhnya Allah akan mengampuninya, jika seseorang memohon ampunan kepadanya, berdasarkan firman Allah subhanahu wata’ala dalam hadits qudsi ini,
- “Aku mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka minta ampunlah kepadaKu, niscaya Aku akan mengampuni kalian.” Dan firmanNya, “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak akan bisa mendatangkan kemudharatan kepadaKu lalu menimpakannya kepadaKu, dan kalian takkan bisa memberikan manfaat kepadaKu lalu kalian memberikannya kepadaKu.” Hal itu karena Allah tidak butuh kepada semua makhlukNya. Dan di antara nama-namaNya adalah Al ‘Aziz (Yang Maha Perkasa), dan Dialah Yang Maha Kuat, tidak mungkin ditimpa kemudharatan. Demikian pula, Dia Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Karenanya, Dia tidak butuh pada upaya seseorang untuk memberikan manfaat kepadaNya, dan tidak seorang pun yang mampu mendatangkan kemudharatan kepadaNya, karena kesempurnaan kekayaanNya.
- “Wahai hamba-hambaKu, seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, mereka semua berada pada taraf ketakwaan seorang paling tinggi tingkat ketakwaannya di antara kalian, hal itu takkan menambah kerajaanKu sedikit pun.” Hal itu karena kesempurnaan kekayaanNya. Sekalipun seluruh makhluk, baik dari bangsa jin dan manusia berada pada taraf ketakwaan seorang yang paling tinggi tingkat ketakwaannya, hal itu sedikit pun tidak akan dapat menambah kerajaan Allah, karena Allah subhanahu wata’ala tidak butuh kepada mereka.
- “Seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari kalangan bangsa jin dan manusia, mereka semua berada pada taraf kedurhakaan seorang yang paling tinggi tingkat kedurhakaannya di antara kalian, hal itu takkan mengurangi kerajaanKu sedikit pun.” Hal itu karena kesempurnaan kekayaanNya, maka ketaatan orang yang taat takkan dapat mendatangkan manfaat kepadaNya dan kemaksiatan orang-orang yang bermaksiat tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepadaNya. Maksud dari kedua kalimat ini adalah untuk memberikan dorongan untuk taat kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan kepadaNya.
- “Wahai hambaKu, seandainya generasi pertama kalian dan generasi akhir kalian, baik dari bangsa manusia dan jin, semuanya berdiri di atas tanah yang tinggi, lalu mereka semua meminta kepadaKu, lalu aku penuhi permintaan mereka, untuk yang demikian itu, tidaklah mengurangi apa-apa yang Aku miliki, kecuali seperti berkurangnya jarum jika dimasukkan ke dalam lautan.” Hal itu karena kesempurnaan kekayaanNya dan keluasanNya. Dari kalimat ini dapat dipetik faedah bahwa Allah Maha Luas Kekayaan dan LedermawananNya. Dan firmanNya, “Kecuali seperti berkurangnya jarum jika dimasukkan ke dalam lautan.” Telah disebutkan di muka bahwa yang dimaksud dengan itu adalah untuk menegaskan bahwa hal itu tidaklah mengurangi kekuasaan Allah sedikit pun.
- Dan firmanNya, “Wahai hambaKu, sesungguhnya itu hanyalah amalan kalian.” Dapat diambil faedah dari ucapan ini: anjuran untuk beramal shaleh hingga manusia mendapatkan kebaikan.
11. Orang yang bermaksiat akan mencela dirinya sendiri, di waktu yang tidak bermanfaat celaan ketika itu, tidak pula penyesalan.
- Berdasarkan firmanNya, “Dan barangsiapa yang mendapatkan yang selain dari itu, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri.”.
(Dinukil untuk Blog Ulama Sunnah dari Syarah Arbain An Nawawiyah oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, penerjemah Abu Abdillah Salim, Penerbit Pustaka Ar Rayyan. Silakan dicopy dengan mencantumkan URL http://ulamasunnah.wordpress.com)
0 komentar:
Posting Komentar