Nasehat Menghindari Perselingkuhan

Redaksi Yth

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sungguh, saya sangat takut akan azab Allah tentang zina. Bolehkah saya hanya bertaubat kepada Allah tanpa pengakuan kepada sesama manusia bahwa saya telah berzina?.

Bukan karena takut akan rajam jika mengaku. Tetapi semata-mata untuk mempertahankan keutuhan keluarga. Sebab, jika ada pengakuan, keluarga akan pecah walaupun saya telah meminta maaf dan bertaubat kepada Allah. Sementara saya tidak ingin ada perceraian. Bagaimana cara meminta maaf terhadap istri karena telah berbuat zhalim kepadanya. Bolehkah saya berbohong kepada wanita yang telah berzina dengan saya dengan mengatakan saya jarang menghubunginya lewat telpon dengan alasan sudah tidak punya HP lagi. Itu saya lakukan semata-mata untuk menghindar darinya karena takut terulang lagi.

Saya sudah ajak dia untuk bertaubat. Katanya mau bertaubat. Namun karena mungkin ‘hubungan kami’ begitu indah syaithan selalu menggoda kami berdua. Itulah sebabnya saya putuskan untuk jarang menghubunginya lagi. Kalau saya hubungi dia, hanya untuk menjalin tali silaturahmi saja. Terima kasih atas taushiyahnya.

Alhamdulillah sudah 6 bulan ini saya berlangganan As Sunnah dan mengumpulkan buku-buku yang ditulis oleh al Albani ulama salafi lainnya. Saya mencoba memahami Islam melalui manhaj Salaf.

Semoga Allah meridhai saya. Karena itu, mohon dari rekan-rekan untuk mendoakan saya agar selalu istiqamah. (Fulan Jkt).

Jawab:

Kami merasa iba terhadap Anda yang telah terjerumus ke dalam lembah perzinaan. Semoga Allah segera menghilangkan rasa cinta yang busuk, penuh racun tersebut. Bertaubatlah segera dengan sebenarnya dari perbuatan keji tersebut!. Itulah katup pengaman yang paling ampuh, akan membersihkan Anda dari noda dosa zina dan lainnya. Allah Maha Mengampuni segala kesalahan.

Pengakuan kesalahan yang Anda lakukan kepada sesama (istri atau keluarga) dalam masalah seperti ini tidak mesti Anda lakukan. Seorang pelaku maksiat dituntut untuk tidak membeberkannya kepada orang lain.

Para suami, hendaknya sudah dapat mengendalikan hawa nafsunya (seksual). Sebab, Allah Azza wa Jalla telah menghalalkan cara baginya untuk memenuhi hajat biologisnya.

Salah pergaulan berperan dalam merusak diri kita. Apalagi bila kawan pergaulan dari kalangan wanita, yang sudah disebut oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai fitnah yang paling berbahaya bagi kaum Adam. Kita pun tidak boleh terlalu percaya diri akan selamat dari fitnah ini.

Al Qurthubi rahimahullah pernah berkata:
“Sepatutnya seseorang tidak boleh percaya diri saat berkholwat (berduaan) bersama dengan wanita yang tidak halal baginya. Menghindarinya lebih baik dan lebih menjaga diri”. [1]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ
"Tidakkah aku tinggalkan sebuah fitnah sesudahku, ia lebih membahayakan kaum lelaki, melebihi bahaya fitnah wanita". [HR. al Bukhari Muslim].
  • Zina termasuk dosa besar. Bahayanya pun tidak bisa dianggap enteng. Akan mengakibatkan perusakan nasab, penodaan reputasi keluarga dan masyarakat serta kemunculan hukuman yang merata
Zina seperti diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah dalam ad Da` Wad Dawa` berpangkal dari rasa al isyqu (kecanduan asmara, kasmaran) yang menggelayuti jiwa pelaku kepada pasangan kencannya. Hati yang demikian biasanya sedang mengalami kekosongan jiwa dan hati dari mahabbatullah (cinta kepada Allah). Jika jiwa kosong dan tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat, mesti akan larut dala hal-hal yang membahayakan.

Bila Anda masih sayang dengan keluarga, segera saja jauhi wanita tersebut. Tidak perlu Anda menjalin hubungan dengannya dengan cara apapun. Baik dengan dalih silaturahmi atau alasan lainnya. Sebab, masih mungkin memicu syahwat menuju hal yang tidak baik. Anda pun telah menyadari bahaya wanita tersebut ketika ‘indahnya hubungan’ dengannya menggelitik kembali. Apalagi ia belum berkeinginan memperbaiki diri. Bahkan bila perlu Anda mengganti nomor HP. Buktikan cinta Anda kepada istri Anda, wanita yang halal. Hal ini, yaitu menjauhi wanita yang sempat menjadi sumber Anda bermaksiat akan membuktikan cinta kepada ketaatan kepada Allah, serta cinta kepada istri.

Menurut nasehat Ibnu Taimiyah rahimahullah, orang semacam Anda (mengalami kecanduan cinta terlarang), mesti menempuh cara-cara berikut ini:

Pertama : Menikah. (alhamdulillah Anda sudah menikah).
Nabi bersabda: Apabila salah seorang dari kalian melihat pesona seorang wanita, hendaknya ia mendatangi istrinya. Sesungguhnya ia juga memiliki apa yang dimilikinya”.
  • Pernikahan akan mengurangi gejolak syahwat dan melemahkan kasmaran kepada wanita lain.
Kedua : Menekuni sholat lima waktu, berdoa dan merendahkan diri (tadharru’) di waktu-waktu sahar (sebelum fajar menyingsing).
  • Menegakkan sholat dengan hati penuh penghayatan dan khusyu’, serta memperbanyak doa yang berbunyi:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ اصْرِفْ قُلُوبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hatiku di atas agamamu.
Wahai Dzat yang memaling-malingkan hatiku,
palingkanlah hatiku kepada ketaatan kepadaMu dan RasulMu”.
  • Kapan saja ia menekuni doa dan ketundukan kepada Allah, niscaya Allah akan menyelamatkan hatinya dari masalah itu.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
 "Demikianlah agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran
 dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami
yang terpilih". [Yusuf : 24].

Ketiga: Menjauhi tempat orang (wanita penggodanya), dan menjaga jarak dengannya untuk tidak berkumpul dengannya.
  • Sehingga tidak tahu informasi tentang dirinya. Tidak menjumpainya lewat pandangan langsung ataupun sesuatu yang bisa mengingatkan tentangnya. Keterbatasan hubungan akan mengakibatkan kepudaran ikatan. Dan kapan saja ingatan melemah, maka akan semakin lemah pula pengaruhnya pada hati. Hendaknya ia menempuh perkara-perkara ini dan memonitor perkembangan kondisi-kondisinya.
Wallahu a’lam.

Setelah penyesalan, bulatkan tekad untuk tidak pernah mengotori diri lagi. Tempa diri Anda agar bersabar saat berhadapan dengan maksiat.

Ibnul Qayyim rahimahullah memberikan nasehat: Bersabar hingga tidak tergiur oleh maksiat dapat ditempa melalui banyak hal:

1. Pengetahuan seorang hamba, bahwa maksiat sangat buruk, rendah dan bejat
2. Tanam keyakinan bahwa Allah telah mengharamkan dan melarangnya supaya mengekang gerak perbuatan-perbuatan rendah dan hina. Seperti halnya seorang ayah yang penyayang memelihara anaknya dari hal-hal yang membahayakannya. Factor ini akan memacu orang yang cerdas untuk meninggalkannya, kendatipun tidak ada ancaman siksa padanya.
3. Rasa malu kepada Allah. Siapa saja yang mengetahui pendangan Allah mengarah kepadanya dan ia selalu dalam pengawasan dan pendengaran-Nya, ia akan merasa malu kepada Rabbnya untuk nekad menerjang hal-hal yang dimurkai-Nya
4. Mempertimbangkan nikmat-nikmat Allah dan kebaikan-Nya padamu. Sesungguhnya dosa-dosa akan menyirnakannya, sudah pasti”. [3]

Alangkah baiknya, bila kita mendengarkan nasehat dari Khalifah ‘Umar bin al Khaththab yang dikutip oleh al Khaththabi dalam kitab al ‘Uzlah hlm. 58, dari Wadi’ah, ia berkata: Aku mendengar ‘Umar bin al Khaththab sedang menasehati seseorang: “Janganlah engkau berbicara kecuali yang berguna. Hindari musuhmu. Waspadailah seorang teman kecuali yang amanah. Dan tiada kawan yang dapat dipercaya kecuali yang takut dan taat kepada Allah Azza Wa Jalla. Janganlah engkau berjalan bersama orang fajir (jahat), hingga ia akan mengajarimu sebagian dari kejahatannya. Janganlah engkau menaatinya saat engkau sendirian, jangan pula meminta kepadanya pendapat, kecuali kepada orang-orang yang takut kepada Allah Subhanah”.

Alhamdulillah, dalam pengakuan di atas, Anda telah benar-benar bertaubat, menyesali perbuatan. Semoga Allah menerima taubat Anda. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ

".Orang yang bertaubat, seperti orang yang tidak ada dosanya" [4]

Semoga Allah Azza Wa Jalla memberikan hidayah dan istiqomah bagi kita sekalian agar senantiasa berada di atas jalanNya yang lurus. Amien. Wallahul Hadi Ila Shirathil Mustaqim.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 98/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
________

Footnotes
[1]. Al Jami’ Li Ahkamil Qur`an (14/202) saat menafsiri ayat (yang artinya) : “Apabila kalian meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir”. Al Ahzab : 53
[2]. Majmu al Fatawa : 32/5-6
[3]. Thariq al Hijratain Wa Babu as Sa’adatain (1/270).
[4]. Hadits hasan dengan syawahid

sumber: http://almanhaj.or.id/content/654/slash/0


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger