Siapakah Pembela Ahlul Bait yang Sejati ?

Dari pemaparan beberapa masalah yang berkaitan tentang sikap agama Syi’ah yang sebenarnya terhadap ahlul bait, muncul satu pertanyaan:

Bila demikian adanya perilaku dan tanggapan agama Syi’ah terhadap ahlul bait dan juga sikap ahlul bait terhadap agama Syi’ah, lalu siapakah pembela ahlul bait yang sebenarnya?

Siapakah yang benar-benar telah menjalankan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala beliau berkhutbah di sungai Khum (Ghadir Khum):

أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُولُ رَبِّى فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ »
. فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ « وَأَهْلُ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى
 أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى (رواه مسلم).

“Ketahuilah, wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa, tidak lama lagi utusan Tuhanku akan menghampiriku, lalu akupun memenuhinya (meninggal dunia). Dan aku menitipkan kepada kalian dua hal besar: Pertama : Kitabullah, padanya terdapat petunjuk, dan cahaya, hendaknya kalian mengamalkan Kitabullah dan berpegang teguh dengannya.” Perawi mengisahkan: selanjutnya beliau menganjurkan  dan memotifasi agar kami mengamalkan Kitabullah, selanjutnya beliau melanjutkan pesannya dengan bersabda:  “Dan kedua: adalah keluargaku, aku mengingatkan kalian agar senantiasa takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, aku mengingatkan kalian agar senantiasa takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku, dan aku mengingatkan kalian agar senantiasa takut kepada Allah dalam memperlakukan keluargaku.” (HR. Muslim).

Pada pembahasan-pembahasan di atas, anda dapatkan  bahwa idiologi dan sikap agama Syi’ah tentang ahlul bait saling bertentangan. Di satu sisi agama Syi’ah mengkultuskan ahlul bait, sampai-sampai dinyatakan bahwa mereka mengetahui hal yang gaib, memiliki kekuasaan untuk mengatur urusan dunia dan tidak akan mati kecuali atas kehendak mereka sendiri. Akan tetapi di sisi lain, mereka menghinakan ahlul bait, sampai-sampai menjuluki Al Hasan sebagai tokoh yang telah menghinakan umat Islam, menggambarkan para imam ahlul bait sebagai figur penakut, pengecut bahkan lebih dahsyat lagi menganggap mereka telah murtad pasca meninggalnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Bila demikian adanya, maka siapakah sebenarnya yang benar-benar telah menjalankan wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas?

لاَ تُطرُونِي كما أَطرَت النَّصَارَى ابن مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أنا عَبْدُهُ، فَقُولُوا: عبد اللَّهِ وَرَسُولُهُ ( رواه البخاري).

“Janganlah engkau berlebih-lebihan ketika memujiku, sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum Nasrani yang telah berlebih-lebihan ketika memuji (Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah (bahwa aku adalah: hamba dan utusan-Nya.” (HR. Al-Bukhary).

Pada hadits lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencontohkan salah satu konsekwensinya sebagai seorang hamba biasa, yaitu dapat ditimpa lupa. Beliau bersabda:

إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِى (متفق عليه)

“Sesungguhnya aku adalah manusia biasa seperti kalian, aku bisa lupa sebagaimana kalian juga bisa lupa, karenanya bila aku lupa hendaknya kalian mengingatkanku.” (Muttafaqun ‘alaih).

Dalil-dalil di atas dengan nyata melarang anda dari sikap melampaui batas dalam meposisikan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan sebaliknya anda diperintahkan untuk meyakininya sebagai manusia biasa.

Yang membedakan anda dari beliau hanyalah statusnya sebagai seorang Rasul dan Nabi:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (سورة الكهف: 110)

Katakanlah:”Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:”Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya“ (QS. Al Kahfi: 110).

Bila demikian ini pengagungan dan penghormatan yang sejati kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka akankah anda melebihkan keluarga dan anak keturunannya dibanding beliau?

Simaklah saudaraku, bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankah perintah agar kita bersikap yang sewajarnya kepada keluarga dan anak keturunannya :

وَايْمُ اللَّهِ ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ ابْنَةَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا (متفق عليه).

“Sungguh demi Allah, andai Fatimah bintu Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Nah, sekarang menurut anda, siapakah yang sebenarnya pembela dan pengikut ahlul bait yang sebenarnya?

Apakah agama Syi’ah yang telah mencela sahabat Ali, Al Hasan, dan bahkan mengkhianati sahabat Al Husain terbunuh hingga akhirnya ia terbunuh? Ataukah ahlussunnah yang senantiasa bersikap proporsional dan sewajarnya, tetap menghormati dan tidak bersikap ekstrim?

Camkanlah baik-baik saudaraku…* [gsy].

http://www.syiahindonesia.com/index.php/kajian-utama/ahlul-bait-nabi/480-siapa-pembela-ahlul-bait-yang-sejati


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger