Epilepsi atau sering disebut sebagai “penyakit ayan” sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Pada waktu itu, epilepsi masih dianggap sebagai penyakit yang disebabkan atau dipengaruhi oleh kekuatan supranatural. Pemahaman yang keliru tentang penyakit epilepsi mengakibatkan pengobatan yang diberikan pada penderita didasari oleh hal-hal berbau mistik. Hal itu terjadi karena mereka mempercayai epilepsi sebagai “kutukan” yang harus dienyahkan.
Sebagai seorang muslim, kita harus meyakini bahwa tiap penyakit yang diderita oleh seseorang semata-mata karena takdir Allah, dan bukan karena kutukan atau kekuatan roh halus. Untuk itulah, kita perlu mengetahui tentang penyakit epilepsi dan jangan sampai kita memilih pengobatan yang keliru yaitu dengan mendatangi dukun (paranormal) dan mau melakukan ritual-ritual yang penuh dengan kesyirikan.
Dalam istilah medis, kata epilepsi diambil dari bahasa Yunani “epilambein” yang berarti serangan. Pada awalnya orang-orang mempercayai bahwa serangan yang dimaksud berasal dari sesuatu yang tidak terlihat (roh halus) yang menimpa tubuh seseorang. Seiring perkembangan ilmu kedokteran modern, epilepsi mulai dipahami sebagai gangguan atau berhentinya fungsi otak secara mendadak dan berkala yang disebabkan oleh terjadinya lepas muatan listrik berlebihan dan tidak teratur pada sel-sel otak secara tiba-tiba, sehingga penerimaan dan pengiriman rangsang antara bagian-bagian otak dan dari otak ke bagian-bagian tubuh lain jadi terganggu. Yang dimaksud dalam pengertian “berkala” dalam istilah tersebut tidak berarti memiliki rentang waktu tertentu, tetapi dapat muncul sewaktu-waktu dan kemudian berulang lagi secara tiba-tiba pula.
Penderita epilepsi memiliki ambang serangan yang lebih rendah dibanding orang normal. Yang dimaksud dengan “ambang serangan” adalah batas tingkatan rangsang (stimulasi) yang memungkinkan otak mengalami serangan atau tidak.
Apakah Penyebab Epilepsi?
Banyak teori mengenai penyebab epilepsi, mulai dari idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) sampai akhirnya sedikit demi sedikit mulai diketahui walaupun masih terpisah-pisah. Salah satu teori menyatakan bahwa epilepsi merupakan kombinasi antara ambang serangan (yang diturunkan secara genetik), tidak normalnya jaringan otak (sebagai faktor predisposisi/faktor risiko) dan faktor lingkungan (sebagai presipitasi/pencetus). Jadi misalnya, seseorang secara genetik memiliki ambang serangan yang rendah tapi tidak mendapat faktor pencetus maka kemungkinannya orang tersebut tidak mengalami serangan epilepsi.
Beberapa faktor penyebab maupun faktor risiko yang sudah diketahui, antara lain trauma kepala, demam tinggi, stroke, keracunan, tumor otak, masalah jantung dan pembuluh darah, gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi (meningitis/radang selaput otak dan ensefalitis/radang otak).
Bagaimana Kita Mengenali Tanda-tanda Epilepsi?
Ada beragam ekspresi serangan epilepsi seperti kejang, gerakan tidak normal, dan aneh. Satu hal yang harus diingat, bahwa epilepsi tidak selalu harus berarti kejang dan sebaliknya, kejang juga belum tentu epilepsi. Gerakan yang timbul dapat hanya sebagai gerakan melamun saja, misalnya tiba-tiba penderita menghentikan kegiatannya dan bola matanya seolah-olah memandang jauh kedepan sampai gerakan aneh seperti gerakan melingkar, kepala miring dan lengan lurus (keadaan ini disebut versif). Ada pula ekspresi serangan berupa nyeri (pada kepala, lengan, punggung, dll), baal/kesemutan, gangguan kesadaran, pelo, ngompol, muntah, berkeringat, atau mimisan.
- Sebagai contoh, serangan yang sifatnya tonik klonik, akan menimbulkan serangan berupa mendadak berteriak kemudian jatuh tak sadarkan diri, seluruh tubuh kaku (tonik) kemudian menghentak-menghentak (klonik), bola mata berputar ke atas, mulut berbuih, keluar keringat dingin, kulit kebiruan, nafas dangkal atau terhenti. Serangan berlangsung beberapa menit. Ketika serangan reda, nafas menjadi teratur kembali, kesadaran pulih secara bertahap dan penderita tampak bingung.
Pada kasus yang lain, serangan bersifat absence menunjukkan gejala berupa penderita menghentikan aktifitasnya secara mendadak, mata terbuka seolah melihat jauh/melamun, kadang disertai gerakan mata berkedip-kedip secara cepat dan mulutnya komat-kamit. Serangan ini berlangsung selama beberapa detik kemudian penderita melanjutkan kembali aktifitasnya seolah tidak terjadi apa-apa. Pada serangan absence ini penderita tidak sampai jatuh.
Apa Saja yang Bisa Mencetuskan Serangan pada Penderita Epilepsi?
Ada beberapa hal yang bisa mengakibatkan munculnya serangan epilepsi pada penderita:
- Kurang tidur
- Stres emosional
- Kelelahan fisik
- Infeksi, biasanya disertai demam
- Suhu tinggi
- Alkohol
- Rangsang cahaya (berkedip-kedip,menyilaukan)
- Obat-obatan tertentu
- Perubahan hormonal, terutama pada wanita (menjelang, saat,dan setelah haid)
- Rangsang suara (nada tinggi dan keras)
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Jika kita mendapati salah satu anggota keluarga atau orang yang kita kenal menunjukkan tanda-tanda atau gejala yang mengarah pada epilepsi, sebaiknya kita sarankan supaya berkonsultasi dengan dokter ahli. Penderita akan diperiksa secara menyeluruh dan jika perlu dilakukan pemeriksaan EEG (Electro Encephalography). Hendaknya penderita dan pihak keluarga bersikap terbuka pada dokter dan menceritakan secara detail apa yang dialami penderita. Keterangan tersebut akan sangat membantu dokter dalam menentukan diagnosis dan terapi selanjutnya.
- Perhatikan hal-hal apa saja yang bisa mencetuskan serangan epilepsi pada penderita dan sebisa mungkin cegahlah supaya hal-hal tersebut tidak mencetuskan serangan epilepsi. Misalnya saja, jika penderita peka terhadap cahaya maka sebaiknya penderita tidur dalam kondisi lampu redup atau dimatikan.
- Penderita epilepsi berisiko tinggi mengalami cedera, maka sebaiknya penderita tidak mengendarai kendaraan sendiri dan selalu ditemani jika akan berpergian. Pada beberapa kasus, penderita yang sudah terbiasa bisa mengetahui jika dirinya akan mengalami serangan sehingga dirinya akan segera mencari tempat yang aman.
Berilah dukungan serta ingatkan untuk minum obat dan kontrol secara teratur karena biasanya pengobatan untuk penderita epilepsi membutuhkan waktu cukup lama. Mintalah dukungan lingkungan sekitar, dan usahakan jangan sampai penderita dikucilkan. Jika penderita masih sekolah, libatkan guru di sekolahnya supaya bisa memahami kondisi penderita, terutama yang menyangkut masalah akademis. Biasanya penderita cenderung sering izin tidak masuk sekolah karena sakit atau kontrol ke dokter. Pada dasarnya penderita epilepsi tidak dilarang untuk bekerja, hanya saja sebaiknya pekerjaan disesuaikan dengan jenis serangan.
Pilih pekerjaan yang relatif aman untuk mengurangi kemungkinan cedera.
Sebaiknya keluarga, guru, rekan kerja dan orang-orang yang terdekat dengan penderita mengetahui hal-hal yang harus dilakukan saat penderita mengalami serangan seperti:
- Jangan panik, usahakan tetap tenang
- Cegah jangan sampai lidah penderita tergigit saat kejang
- Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita
- Biarkan serangan berlalu, insya Allah serangan akan berhenti dengan sendirinya.
- Amankan penderita dari lingkungan yang membahayakan dirinya.
- Longgarkan pakaian agar tidak ketat.
- Miringkan posisi kepala bila kejang sudah berhenti.
- Bila serangan berkepanjangan. Segera kirim penderita ke Rumah Sakit.
Penutup
Setelah mengenal lebih jauh tentang penyakit epilepsi, diharapkan kita dapat memahami dan memberikan dukungan bagi penderita epilepsi serta jangan sampai kita mengucilkan mereka. Sebaiknya keluarga penderita tidak menganggap penyakit epilepsi sebagai aib tetapi terimalah penyakit tersebut sebagai ketentuan Allah dengan lapang dada. Dukungan dari keluarga akan sangat membantu proses kesembuhannya. Penderita epilepsi hendaknya senantiasa bersabar dan meminta pertolongan pada Allah karena hanya Allah lah yang menyembuhkan segala macam penyakit.
Penulis: dr. Avie Andriyani (dimuat di majalah As Sunnah edisi 09/XI/1428H/2007M).
Sumber: Prof. dr. Harsono, SpS , Hand Out Epilepsi, 2001
0 komentar:
Posting Komentar