Fatwa Para Ulama Terdahulu Seputar Syi’ah

Syi’ah Râfidhah adalah kelompok sektarian yang menolak kekhilafahan Abu Bakr, Umar bin Al-Khatthâb dan ‘Utsmân bin ‘Affân dengan tameng kecintaan palsu terhadap ‘Ali bin Abi Thâlib dan keluarga beliau radhiyallahu ‘anhum. Dalam perjalanannya, Syi’ah terpecah belah dalam banyak sekte yang saling mengkafirkan antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut disebabkan otak atik otak dan lebih mengedepankan logika dalam beragama. Namun sekte Syi’ah yang paling dominan saat ini, khususnya di Indonesia adalah sekte Syi’ah Râfidhah atau yang dikenal dengan Syi’ah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang mensakralkan dua belas Imam. Begitu yang disimpulkan oleh para Ulama ahli sejarah dan pakar dalam kajian aliran-aliran sesat.
Kelompok Syi’ah Râfidhah dinilai sesat oleh para Ulama karena keyakinan mereka bahwa Allah tidak menjaga kesucian Al-Qur’an. Dengan kata lain Al-Qur’an telah dirubah oleh tangan-tangan kotor seperti perubahan yang terjadi pada kitab Taurat dan Injil. Keyakinan sesat ini telah Allah bantah dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat kesembilan, dan Al-Qur’an tidak akan pernah berubah sampai kapanpun hingga hari Kiamat. Sekte Syi’ah ini juga dikenal ghuluw (melampaui batas) terhadap hak ‘Ali bin Abi Thâlib dan keluarganya.
Bahkan mereka meyakini ‘Ali sebagai titisan tuhan yang patut disembah selain Allah. Hal ini adalah kesyirikan yang nyata dan ditentang oleh ‘Ali bin Abi Thâlib sendiri serta keluarga beliau. Dalam banyak literatur sejarah yang terpercaya, para Ulama membawakan riwayat yang menceritakan tindakan ‘Ali bin Abi Thâlib yang membakar hidup-hidup orang-orang yang memiliki keyakinan sesat tersebut. Akan tetapi masih banyak lagi sesungguhnya keyakinan-keyakinan Syi’ah yang aneh tapi nyata serta menyalahi prinsip-prinsip aqidah yang semua itu menunjukkan posisi mereka berada di luar lingkaran Islam.
Berikut kami nukilkan fatwa-fatwa para Ulama Ahlussunnah dan Ulama Ahli Hadits terdahulu yang lebih kokoh keilmuan dan ketaqwaannya serta lebih laik dijadikan rujukan dalam mengkaji aliran sesat, ketimbang omongan-omongan orang di masa kini yang dianggap Ulama, agamawan ataupun cendekiawan Islam.
Allah ta’âla berfirman:
محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم تراهم ركعاً سجداً يبتغون فضلاً من الله و رضواناً سيماهم في وجوههم من أثر السجود ذلك مثلهم في التوراة و مثلهم في الإنجيل كزرع أخرج شطئه فآزره فاستغلظ فاستوى على سوقه يعجب الزراع ليغيظ بهم الكفار
“Muhammad itu adalah Rasulullah (utusan Allah) dan orang-orang yang bersamanya (yakni para Shahabat) bersikap keras terhadap orang-orang kafir, namun saling berkasih sayang di antara mereka. Engkau melihat mereka ruku’ dan sujud demi mencari karunia Allah serta keridhaan dari-Nya”.
"Tanda-tanda mereka nampak pada wajah dari bekas sujud mereka. Demikianlah sesungguhnya sifat-sifat mereka yang diceritakan dalam Taurat maupun Injil. Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, sehingga tunas itu menjadi tanaman yang kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak menjulang di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya, karena Allah hendak membuat jengkel hati orang-orang kafir (dengan kekuatan para Shahabat)” [Al-Fath: 29].
ومن هذه الآية انتزع الإمام مالك رحمة الله عليه في رواية عنه بتكفير الروافض الذين يبغضون الصحابة رضي الله عنهم قال : لأنهم يغيظونهم ومن غاظ الصحابة رضي الله عنهم فهو كافر لهذه الآية ووافقه طائفة من العلماء على ذلك
Berangkat dari ayat ini Imâm Mâlik menyimpulkan kafirnya orang-orang Syi’ah Râfidhah, disebabkan kebencian mereka terhadap para Shahabat radhiyallahu ‘anhum. Oleh karena para Shahabat telah membuat jengkel hati-hati mereka, maka barangsiapa yang jengkel hatinya terhadap para Shahabat Nabi berarti ia telah kafir berdasarkan ayat ini. Dan sekelompok Ulama telah bersepakat dalam masalah ini. [Tafsir Ibnu Katsir 4/219].
لم أر أحداً من أصحاب الأهواء أكذب في الدعوى ولا أشهد بالزور من الرافضة
Al-Imâm As-Syâfi’i rahmatullah ‘alaih [wafat. 204 H] berkata, “Tidaklah aku melihat seorangpun dari pengekor hawa nafsu yang paling dusta dalam pengakuan serta paling palsu dalam persaksian melebihi Syi’ah Râfidhah.” [Riwayat Ibnu Batthah dalam Al-Ibânatul Kubra 2/545. Al-Imâm Al-Lâlikâ’i dalam Syarh Ushul I’tiqâd Ahlissunnah 8/457]
ما أرى الرافضة والجهمية إلا زنادقــة
Al-Imâm Muhammad bin Yuusuf Al-Firyâbi rahmatullah ‘alaih [wafat. 212 H] berkata, “Tidaklah aku melihat Syi’ah Râfidhah dan Jahmiyyah melainkan sebagai jelmaan kelompok zindiq (kufur).” [Riwayat Al-Imam Al-Lâlikâ’i dalam Syarh Ushul I’tiqâd Ahlissunnah 8/457].
فما رأيت أوسخ وسخاً ولا أقذر قذراً ولا أضعف حجة ولا أحمق من الرافضة
Al-Imam Abu ‘Ubaid Al-Qâshim bin Sallaam rahmatullah ‘alaih [wafat. 224 H] berkata, “Tidaklah aku melihat kotoran yang paling kotor, najis yang paling najis, hujjah yang paling lemah, dan orang yang paling dungu melebihi Syi’ah Râfidhah.” [As-Sunnah karya Al-Khallâl 1/499].
إنا لا نأكل ذبيحة رجل رافضي فإنه عندي مرتد
Al-Imâm Ahmad bin Yuunus rahmatullah ‘alaih [wafat. 227 H] berkata, “Sesungguhnya kami tidak makan sembelihan dari orang Syi’ah Râfidhah, karena menurutku mereka telah murtad.” [Riwayat Al-Imâm Al-Lâlikâ’i dalam Syarh Ushul I’tiqâd Ahlissunnah 8/459].
عن عبدالله بن أحمد قال: سألت أبي عن رجل شتم رجلاً من أصحاب النبي فقال ما أراه على الإسلام
Dari ‘Abdullah bin Ahmad, ia berkata, aku bertanya kepada ayah (yakni Al-Imâm Ahmad bin Hanbal – wafat. 241 H) tentang seseorang yang mencela salah seorang dari Shahabat Nabi, maka beliau menjawab, “Aku tidak menganggapnya sebagai seorang muslim.” [As-Sunnah karya Al-Khallâl 1/493].
ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي أم صليت خلف اليهود والنصارى ولا يسلم عليهم ولا يعادون ولا يناكحون ولا يشهدون ولا تؤكل ذبائحهم
Al-Imâm Al-Bukhâri rahmatullah ‘alaih [wafat. 256 H] berkata, “Aku shalat di belakang seorang Jahmiy atau seorang Syi’i Râfidhi sama seperti aku shalat di belakang seorang Yahudi ataupun Nashara. Tidak boleh mengucapkan salam atas mereka, membantu, menikahkan, memberi kesaksian serta memakan dari sembelihan mereka.” [Khalqu Af’âlil ‘Ibâd hal. 125].
وإن الجهمية كفار وإن الرافضة رفضوا الإسلام
Al-Imâm Abu Hâtim dan Abu Zur’ah Ar-Râzi [wafat. 264 H] rahmatullah ‘alaihima berkata, “Jahmiyyah itu kuffar dan Syi’ah Râfidhah menolak Islam.” [Riwayat Al-Imâm Al-Lâlikâ’i dalam Syarh Ushul I’tiqâd Ahlissunnah 1/178].
ولأجل قصور فهم الروافض عنه ارتكبوا البداء ونقلوا عن علي رضي الله عنه أنه كان لا يخبر عن الغيب مخافة أن يبدو له تعالى فيه فيغيره ، وحكوا عن جعفر بن محمد أنه قال : ما بدا لله شيء وهذا هو الكفر الصريح ونسبة الإله تعالى إلى الجهل
Abu Hâmid Al-Ghazâli rahmatullah ‘alaih [wafat. 505 H] mengatakan, “Karena kedangkalan pemahaman Syi’ah Râfidhah dalam memahami Islam, akhirnya mereka pun merekayasa aqidah Al-Badâ’. Mereka (mengklaim) meriwayatkan dari Ali radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau tidak mau menceritakan hal yang ghaib, karena khawatir diketahui oleh Allah, sehingga Allah akan mengubahnya. Mereka juga (mengklaim) meriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, bahwa ia berkata, “Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi.” Hal ini jelas merupakan kekafiran yang nyata, karena menganggap Allah itu jahil (bodoh tentang masa yang akan datang)..” [Al-Mustashfa 1/110].
ولكنهم طائفة مخذولة وفرقة مرذولة يتمسكون بالمتشابه ويتركون الأمور المحكمة المقدرة عند أئمة الإسلام
Al-Hâfidzh Ibnu Katsir Al-Qurasyi As-Syâfi’i rahmatullah ‘alaih [wafat. 774 H], “Mereka Syi’ah Râfidhah adalah kelompok hina dan rendahan, mereka berpegang dengan dalil-dalil yang samar dan meninggalkan perkara yang jelas dan gamlang menurut para Ulama Islam.” [Al-Bidâyah wan Nihâyah 5/251].
Dan masih banyak lagi fatwa-fatwa para Ulama Sunnah dari masa ke masa yang tidak dapat kami nukilkan di sini. Dan mereka semua memastikan sekte Syi’ah Râfidhah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah adalah kelompok sesat dan menyesatkan.
Fikri Abul Hasan

Fatwa Para Ulama Terdahulu Seputar Syi’ah Râfidhah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger